Tobat 100 Kali dalam Sehari: Menggali Makna Bacaan Istighfar Rasulullah SAW
Dalam perjalanan spiritual, kita seringkali mencari contoh teladan untuk menginspirasi dan membimbing langkah-langkah kita. Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok yang dihormati dan dicontoh dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam beribadah dan berdoa. Rasulullah SAW memiliki sifat maksum atau terhindar dari perbuatan dosa. Meski demikian, beliau tetap bertobat dan meminta ampun kepada Allah SWT setiap harinya. Salah satu praktik yang menarik perhatian adalah istighfar, di mana Rasulullah membaca istighfar hingga 100 kali sehari.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam kitab At-Taubah Wa al-Inabah, Rasulullah SAW bertobat dan meminta ampun sebanyak 70 atau 100 kali sehari. Dalam hadits beliau bersabda:
"Hari manusia, bertobatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari."
Sementara itu, dalam hadits lain sebagaimana dinukil Ibnu Jauzi dalam kitab Al Wafa, Ibnu Umar RA pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Wahai manusia bertobatlah kepada Tuhanmu, karena saya bertobat kepada-Nya seratus kali dalam sehari." (HR Abu Ashim dan Az-Zabidi)
Memahami Esensi Istighfar dalam Kehidupan
Mencari Pengampunan dan Mendekatkan Diri pada Allah
Istighfar merupakan bentuk doa yang berfokus pada memohon pengampunan dari Allah atas dosa-dosa kita. Ini adalah tanda kesadaran kita terhadap ketidaksempurnaan kita sebagai manusia dan keterbatasan kita dalam menjalani kehidupan. Rasulullah, sebagai utusan Allah, telah memberikan contoh dengan secara konsisten beristighfar untuk membersihkan hati dan memperkuat hubungannya dengan Sang Pencipta.
Merenungkan Kekuasaan dan Kebesaran Allah
Ketika kita beristighfar, kita juga mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah yang mampu mengampuni dosa-dosa kita. Ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas untuk memberikan pengampunan mutlak. Dalam melakukan istighfar sebanyak 100 kali sehari, Rasulullah mengingatkan kita untuk senantiasa merenungkan kedermawanan Allah yang tak terbatas.
Bacaan Istighfar Rasulullah
Dalam Sunan Abi Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah melalui hadits yang berasal dari Ibnu Umar RA dikatakan, setiap harinya Rasulullah SAW bertobat dan membaca istighfar berikut sebanyak 100 kali,
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Arab latin: Raabbighfir lii watub 'alayya, innaka antat tawwaabur rahiim
Artinya: "Ya Allah Tuhanku, ampunilah aku dan berikanlah tobat atasku, sungguh Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih."
Imam at-Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan. Hadits tersebut turut diriwayatkan Al-Qurthubi, Asy-Suyuthi, dan Abu Nu'aim.
Sa'id bin Abi Burdah turut meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya yang mengatakan, "Kami kedatangan Rasulullah ketika kami sedang duduk-duduk. Beliau langsung bersabda, 'Aku tidak pernah bangun pagi kecuali aku beristighfar seratus kali." (HR Muslim, As-Suyuthi)
Langkah Praktis Menuju Istighfar yang Tulus
1. Kesadaran akan Kesalahan
Langkah pertama dalam mengadopsi praktik istighfar adalah dengan mengembangkan kesadaran yang mendalam tentang dosa-dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Ini melibatkan introspeksi jujur tentang tindakan-tindakan yang mungkin telah melenceng dari ajaran agama atau prinsip-prinsip moral.
2. Beristighfar dengan Penuh Khusyuk
Saat kita membaca istighfar, lakukan dengan penuh khusyuk dan ketulusan hati. Biarkan setiap kalimat istighfar mengalir dari hati yang merindukan pengampunan Allah. Bukan hanya mengucapkan kata-kata, tetapi juga merenungkan makna di baliknya.
3. Konsistensi dan Ketekunan
Mengikuti jejak Rasulullah, penting untuk menjaga konsistensi dalam beristighfar. Meskipun mencapai 100 kali mungkin terasa sulit awalnya, kita bisa memulai dengan jumlah yang lebih sedikit dan secara perlahan meningkatkannya. Yang terpenting adalah ketekunan dan niat yang tulus.
Menyatu dengan Praktik Rasulullah
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesibukan dan tantangan, mengadopsi praktik istighfar ala Rasulullah bisa menjadi pemandu yang kuat. Dengan memohon pengampunan dan merenungkan kebesaran Allah, kita dapat mendekatkan diri pada-Nya dalam segala hal yang kita lakukan. Mari ikuti jejak kebaikan Rasulullah dalam beristighfar, dan semoga ini membawa kita menuju kedamaian dan ketenangan hati.