Tips Mencapai Khauf dan Raja Menurut Imam Al-Muhasibi
Pada dasarnya, di saat beramal baik, kita tidak bisa memastikan apakah amal kita diterima di Allah atau tidak. Begitu pula di saat berbuat dosa, kemudian bertobat, apakah kita mendapat ampunan atau tidak.
Cara tepat menerapkan khouf dan roja' kepada Allah
Dalam kaitan ini, al-Muhasibi dalam Adabun-Nufus mengemukakan bahwa raja’ sendiri adalah berharap kepada Allah akan diterimanya suatu amal dan besarnya pembalasan. Di sisi lain, ia merasa takut jika amalnya ditolak atau ada yang merusak balasannya.
Ini baru tingkatan raja’ yang paling rendah dari seorang hamba pada saat dirinya beramal. Sebab, tingkatan raja’ yang tertinggi, bukan berharap pahala atau surga, melainkan hanya berharap ridha-Nya, dimana dengan ridha-Nya, di mana pun hamba ditempatkan pasti akan meraih kebahagiaan. Namun, tak mungkin Allah menempatkan hamba-Nya di tempat yang dipersiapkan untuk mengadili hamba-hamba yang bermaksiat.
Lebih lanjut al-Muhasibi menyebutkan bahwa orang-orang yang raja’ atau orang yang berharap pada Allah ada tiga.
Tiga macam raja' menurut al-Muhasibi
Yang pertama adalah:
"Orang pertama adalah seseorang yang beramal baik dengan sungguh-sungguh dan tulus dalam melakukannya. Dia berharap agar amalannya diterima oleh Allah dan mencari pahala darinya. Dia berharap agar amalannya diterima dan mendapatkan balasannya, serta dia memiliki kasih sayang dalam amalannya."
Jenis orang yang berharap yang kedua adalah:
"Orang kedua adalah seseorang yang melakukan perbuatan buruk dan kemudian bertaubat kepada Allah. Dia berharap agar taubatnya diterima, mendapatkan balasan dari taubatnya, dan berharap mendapatkan ampunan dan pengampunan. Dia juga berharap agar Allah memiliki kasih sayang untuknya sehingga Dia tidak menghukumnya."
Jenis orang yang berharap yang ketiga adalah:
"Orang ketiga adalah orang yang terus melakukan dosa dan perbuatan yang tidak diinginkan baginya. Dia juga tidak ingin bertemu Allah dengan perbuatan-perbuatan tersebut, namun dia masih berharap mendapatkan ampunan tanpa melakukan taubat. Dia tidak bertaubat dari dosa-dosanya dan tidak meninggalkan perbuatan dosanya. Meskipun demikian, dia tetap berharap kepada Allah."
Al-Muhasibi menjelaskan bahwa tipe orang yang berharap yang ketiga ini adalah orang yang terpedaya dan terkecoh. Harapan, cita-cita, dan keinginannya penuh dengan kepalsuan. Orang seperti ini telah memutuskan hubungan kasih sayang Allah dari hatinya. Sebaliknya, dia terus-menerus berpaling dari-Nya. Dia merasa nyaman dengan siksaan yang diberikan oleh Allah. Karena itu, dia disebut sebagai orang yang tertipu dan terpedaya.
Penutup
Dalam beramal baik atau bertobat, kita harus berharap atas rahmat, ridha, dan ampunan Allah. Bahkan, ketika berbuat baik, kita harus merasakan khauf (takut) jika amal baik kita ditolak atau tidak dicintai oleh Allah. Terlebih lagi ketika kita sedang berbuat dosa dan maksiat. Oleh karena itu, khauf (takut) kita kepada Allah harus lebih besar daripada raja’ (harapan) kita. Sebab, meskipun kita melakukan amal baik, kita tidak dapat mengetahui apakah amalan kita diterima atau tidak oleh Allah. Wallahu 'alam.