Mengenal Deja Vu dan Bagaimana Mengalaminya
Apa Itu Deja Vu?
Apakah kamu pernah merasa aneh ketika kamu merasa pernah mengalami situasi yang persis sama sebelumnya, meskipun itu tidak mungkin? Kadang-kadang bahkan kamu seolah-olah menghidupkan kembali sesuatu yang telah terjadi.
Fenomena ini, dikenal sebagai deja vu, telah membingungkan para ahli filsafat, ahli saraf dan penulis untuk waktu yang sangat lama.
Pada akhir 1800-an, banyak teori mulai bermunculan tentang apa yang mungkin menyebabkan deja vu, yang berarti “sudah terlihat” dalam bahasa Prancis.
Orang-orang mengira mungkin itu berasal dari disfungsi mental atau mungkin sejenis masalah otak. Mungkin juga itu adalah cegukan sementara dalam operasi memori manusia yang normal.
Namun, hanya baru-baru ini topik tersebut sampai ke ranah sains.
Mengapa Deja Vu Terjadi?
Hingga saat ini, ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami mengapa deja vu terjadi. Namun, ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini.
1. Teori Jalan Memori Ganda
Salah satu teori yang populer adalah teori jalan memori ganda. Menurut teori ini, saat seseorang mengalami deja vu, ada gangguan sementara dalam otak yang menyebabkan informasi yang masuk melalui indra menjadi terkendali di dua jalur memori yang berbeda. Ini menciptakan kesan bahwa pengalaman tersebut telah terjadi sebelumnya.
2. Ketidaksesuaian Informasi
Teori lain mengatakan bahwa deja vu terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara informasi yang diterima oleh indra dan informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek. Ini bisa terjadi karena adanya kesalahan dalam proses memori atau kesalahan dalam penafsiran informasi baru.
Mengalaminya dengan Lebih Sering
Meskipun deja vu adalah pengalaman yang umum, tidak semua orang mengalaminya dengan frekuensi yang sama. Beberapa orang mungkin mengalaminya hanya sesekali, sementara yang lain dapat mengalami deja vu lebih sering.
Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan kemungkinan mengalami deja vu lebih sering, antara lain:
1. Fatigue atau Kelelahan
Kelelahan fisik atau mental dapat meningkatkan kemungkinan mengalami deja vu. Ketika tubuh dan pikiran lelah, proses pemrosesan informasi dalam otak dapat terganggu, yang pada gilirannya dapat memicu pengalaman deja vu.
2. Stres dan Kecemasan
Stres dan kecemasan juga dapat menjadi pemicu deja vu. Ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan, kadar hormon dan fungsi otak dapat berubah, yang dapat mempengaruhi proses memori dan persepsi.
3. Kepekaan terhadap Perubahan Lingkungan
Beberapa orang yang lebih peka terhadap perubahan lingkungan cenderung mengalami deja vu lebih sering. Mereka mungkin lebih mudah terpengaruh oleh faktor-faktor seperti pencahayaan, aroma, atau suara yang dapat memicu kesamaan dengan pengalaman masa lalu.
Bagaimana Mengatasi Deja Vu?
Meskipun deja vu bisa menjadi pengalaman yang menarik, beberapa orang mungkin merasa khawatir atau bingung saat mengalaminya. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mengatasi deja vu:
1. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Menjaga kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan dapat membantu mengurangi kemungkinan mengalami deja vu. Istirahat yang cukup, makan makanan sehat, dan mengelola stres dapat membantu menjaga otak dalam kondisi optimal.
2. Fokus pada Saat Ini
Saat mengalami deja vu, cobalah fokus pada saat ini dan nikmati pengalaman tersebut. Mengalihkan perhatian dari perasaan deja vu dan memusatkan pikiran pada apa yang terjadi di sekitar dapat membantu mengurangi kekhawatiran atau kebingungan.
3. Latihan Relaksasi
Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Latihan ini dapat membantu menghindari kondisi yang memicu deja vu.
Sumber: kompas.com