Mengapa Tanggal 11-13 Dzulhijjah Disebut Hari Tasyrik?
Dalam agama Islam, bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang penuh berkah dan memiliki peristiwa penting seperti ibadah haji. Tidak hanya itu, terdapat pula hari yang disebut Hari Tasyrik yang jatuh pada tanggal 11 hingga 13 Dzulhijjah setiap tahunnya. Mengapa tanggal-tanggal tersebut diberi sebutan Hari Tasyrik? Mari kita simak penjelasannya.
Mengapa Disebut Hari Tasyrik?
Kata "Tasyrik" berasal dari bahasa Arab yang berarti mengambil sesuatu sebagai simbol atau lambang. Dalam konteks Hari Tasyrik, kata tersebut merujuk pada tiga hari berturut-turut setelah hari raya Ied Al-Adha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Mengapa tanggal-tanggal ini disebut Hari Tasyrik? Ada beberapa penjelasan yang bisa kita pahami.
Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa Hari Tasyrik adalah sebutan bagi tiga hari (11, 12, 13 Dzulhijjah) setelah hari nahar (10 Dzulhijjah). Tiga hari itu dinamai demikian karena orang-orang menjemur daging kurban di waktu tersebut, yaitu mendendeng dan menghampar daging pada terik matahari. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam artikel di NU Online yang ditulis Alhafiz Kurniawan berjudul 'Amalan Utama di Hari Tasyrik' dikutip pada Jumat (30/6/2023).
Alhafiz menjelaskan bahwa tasyrik secara bahasa merujuk pada kata tasyriq yang artinya penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari). Sebagaimana dikutip dari artikel NU Online berjudul 'Pengertian Hari Tasyrik',
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, menjelaskan bahwa ulama berbeda pendapat terkait jumlah Hari Tasyrik. Sebagian ulama berpendapat, Hari Tasyrik terdiri atas dua hari, sedangkan sebagian ulama lainnya mengatakan, Hari Tasyrik terdiri atas tiga hari.
Sedikit berbeda dengan pandangan Imam Nawawi di atas, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, ada pendapat lain yang menyebut penamaan hari itu dengan tasyrik karena hewan kurban tidak disembelih kecuali setelah matahari memancarkan sinarnya.
Sebagian ulama lagi berpendapat, Hari Tasyrik dinamai demikian karena shalat Idul Adha dilaksanakan ketika matahari memancarkan cahaya. Sementara ulama lainnya mengatakan, yang dinamakan tasyrik adalah takbir pada setiap selesai shalat.
Hari Tasyrik ini disebut antara lain dalam hadits riwayat Imam Muslim sebagai hari makan dan minum. Sebagaimana termaktub dalam Sahih Muslim yang diriwayatkan dari Nubaisyah Al-Hudzali, Rasulullah saw bersabda, Hari Tasyrik adalah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari dzikir.”
Sebagian ulama berbeda pendapat perihal larangan puasa di Hari Tasyrik. Imam Syafi’i dalam qaul jadid-nya mengatakan larangan puasa pada Hari Tasyrik sebagaimana larangan puasa pada yaumus syak.
1. Simbolisasi Makna Haji
Hari Tasyrik menjadi simbolisasi makna haji yang sebenarnya. Dalam ibadah haji, setelah selesai melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji menjalankan beberapa rangkaian ibadah di Mina. Mereka melakukan tinggal di Mina selama tiga hari, melempar jumrah kecil dan besar, serta melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Oleh karena itu, tiga hari tersebut dianggap penting dan memiliki makna yang mendalam dalam konteks perjalanan spiritual haji.
2. Aktivitas Ibadah Tambahan
Selain melaksanakan rangkaian ibadah wajib, seperti melontar jumrah, wukuf di Arafah, dan melaksanakan tawaf, jamaah haji juga dianjurkan untuk melakukan ibadah tambahan selama tiga hari di Mina. Aktivitas ibadah tambahan ini meliputi membaca Al-Qur'an, berdoa, berzikir, dan melakukan amal ibadah lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya memanfaatkan tiga hari Tasyrik sebagai waktu untuk memperbanyak amal ibadah.
Pentingnya Hari Tasyrik dalam Islam
1. Hari Ied Al-Adha
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari besar Ied Al-Adha. Pada hari ini, mereka melakukan ibadah menyembelih hewan kurban sesuai dengan tuntunan agama. Setelah merayakan Ied Al-Adha, umat Muslim melanjutkan perayaan dengan memasuki periode tiga hari yang disebut Hari Tasyrik.
2. Tradisi Mabit
Hari Tasyrik juga merupakan waktu di mana jamaah haji yang berada di Mina melakukan tradisi mabit. Mabit adalah kegiatan menginap di Mina setelah melempar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Jamaah haji akan tinggal di Mina selama tiga hari dan tiga malam sebelum melanjutkan perjalanan ke Mekah.
Pentingnya Memanfaatkan Hari Tasyrik
1. Pahala Amal Ibadah
Memanfaatkan Hari Tasyrik dengan melakukan ibadah-ibadah tambahan memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Dalam hadis, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Tidak ada hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (Hari Tasyrik), yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah." Oleh karena itu, memanfaatkan tiga hari Tasyrik dengan melakukan amal ibadah dapat memberikan keberkahan dan kebaikan dalam hidup.
2. Mempererat Ikatan Kebersamaan
Hari Tasyrik juga menjadi momen di mana jamaah haji berkumpul di Mina dan saling bertemu setelah melaksanakan rangkaian ibadah haji. Dalam suasana yang penuh rasa syukur dan kebersamaan, mereka berbagi cerita, saling mendoakan, dan mempererat tali silaturahmi. Hal ini juga mencerminkan pentingnya ikatan kebersamaan dalam agama Islam.
Sumber : Nu Online