Ketika Ulama Empat Mazhab Diminta Pertanggungjawaban di Hari Kiamat
Tidak bisa dipungkiri kehadiran para imam mujtahid (ulama yang memiliki kredibelitas untuk berfatwa), mampu memberikan corak yang berbeda dalam beragama Islam. Beberapa pendapat berbeda antara mereka yang sejatinya merupakan sunnatullah (ketetapan Allah) bisa memberikan jalan yang yang lebih gampang dalam beragama, sehingga orang-orang bisa menjalankan syariat Islam dengan leluasa.
Para imam mujtahid dalam Islam sebenarnya tidak hanya terdiri dari empat mazhab sebagaimana yang masyhur di Indonesia, namun sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya. Seperti mazhab Al-Laitsi, yang dinisbatkan kepada Imam Al-Laits bin Sa’d, mazhab Al-Auza’Ii yang dinisbatkan kepada Imam Abu Amr Al-Auza’i; mazhab Ad-Dzahiri yang dinisbatkan kepada tokohnya yaitu Imam Abu Dawud Ad-Dzahiri.
Hanya saja, dari sekian banyak mazhab, yang bertahan dan tersebar dalam dunia Islam hanyalah empat mazhab yang sudah sangat populer, yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan mazhab Hanbali. Mazhab-mazhab lainnya sebagian besar telah hilang karena tidak adanya ulama yang meneruskan dan melanjutkan pemikiran-pemikiran dan pendapat dari mazhab tersebut
Menggali Hikmah di Balik Pertanggungjawaban Ulama Empat Mazhab di Hari Kiamat
Hari Kiamat merupakan momen penting dalam kehidupan setiap individu, di mana setiap tindakan dan perbuatan akan dipertanggungjawabkan. Dalam artikel ini, kita akan menggali hikmah di balik pertanggungjawaban yang akan dialami oleh ulama empat mazhab di Hari Kiamat.
Ulama empat mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, adalah tokoh-tokoh yang memiliki kedudukan yang istimewa dalam agama Islam. Mereka adalah penjaga dan pewaris ilmu agama yang telah memberikan kontribusi besar bagi umat Islam.
Ulama empat mazhab tidak hanya menjadi penguasa ilmu agama, tetapi mereka juga berperan sebagai penyebar dan pemelihara kebenaran ajaran Islam. Mereka menyebarkan ilmu agama kepada umat Islam dengan kesungguhan dan dedikasi yang tinggi. Kontribusi mereka dalam menyebarkan ajaran agama akan menjadi salah satu pertanggungjawaban mereka di Hari Kiamat.
Ulama empat mazhab memiliki peran penting dalam membimbing umat menuju kebaikan dan jalan yang lurus dalam menjalankan agama. Mereka memberikan pedoman dan penjelasan hukum agama kepada umat Islam sehingga umat dapat menjalankan ibadah dengan benar. Pertanggungjawaban mereka di Hari Kiamat mencakup bagaimana mereka telah membimbing umat menuju jalan yang diridhai Allah.
Ketika Imam Mazhab Diminta Pertanggungjawaban
Dalam Kitab Al-Ghusnul Mutsmir At-Thari—kitab kodifikasi dari nasihat-nasihat, kalam hikmah, hukum-hukum fiqih dan lainnya, yang diambil dari Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri—, Habib Salim As-Syatiri mengutip perkataan Imam As-Syarji, suatu saat ia bermimpi kiamat telah datang. Semua manusia dikumpulkan di mahsyar. Kemudian terdengar suatu pangilan yang tertuju kepada Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam As-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Panggilan itu tidak lain selain untuk meminta pertanggungjawaban atas perbedaan pendapat yang mereka sampaikan di dunia:
اَلْاِمَامُ الشَّرْجِي رَأَى فِي الْمَنَامِ أَنَّ الْقِيَامَةَ قَامَتْ وَاجْتَمَعَ النَّاسُ، وَنَادَى الْمُنَادِى لِيَقُمْ الشَّافِعِي وَمَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَأَبُوْ حَنِيْفَةَ، فَقَامُوْا، فَلَمَّا قَامُوْا خَاطَبَهُمُ اللهُ وَقَالَ لَهُمْ: أَنَا أنزَلْتُ دِيْنًا وَاحِدًا، فَجَعَلْتُمُوْهُ أَرْبَعَةَ أَدْيَانٍ، فَكَيْفَ هَذَا؟
Artinya, “Suatu saat Imam As-Syarji bermimpi ketika tidur, bahwa kiamat telah datang dan manusia dikumpulkan (di mahsyar), kemudian terdengar suatu panggilan agar Imam As-Syafi’i, Malik, Ahmad, dan Abu Hanifah untuk berdiri. Ketika mereka berdiri, Allah berkata kepada mereka: “Sungguh Aku telah menurunkan satu agama Islam (tanpa perbedaan), namun kalian menjadikannya empat agama (dengan pendapat yang berbeda-beda), lantas bagaimana ini?”
Mendengar pertanyaan tersebut, kemudian para imam mazhab yang empat memohon izin kepada Allah agar ada salah satu dari mereka yang bisa menjadi wakil untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian Allah memberi izin. Akhirnya Imam Ahmad bin Hanbal yang dipilih untuk menjawabnya. Karena dipilih, akhirnya Imam Ahmad menjawab bahwa mazhab yang mereka bawa tetap merujuk pada Al-Quran dan hadits, dan sama sekali tidak menciptakan empat agama melalui pendapat yang berbeda-beda:
قَالَ: يَا رَبِّ، نَحْنُ مَا أَتَيْنَا بِدِيْنٍ جَدِيْدٍ، كُلُّ مَا أَتَيْنَا بِهِ دِيْنٌ مَأْخُوْذٌ مِنْ كِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ
Artinya, “Imam Ahmad berkata: Wahai Tuhanku! Kami tidak membawa agama baru. Semua yang kami bawa merupakan berdasar pada kitab suci-Mu dan hadits Nabi-Mu, yaitu Nabi Muhammad.”
Mendengar jawaban Imam Ahmad tersebut, tentu Allah menolak secara langsung, sebab sudah jelas bahwa pendapat-pendapat yang empat imam mazhab bawa jelas memberikan dampak yang berbeda bagi setiap umat Islam yang mengikutinya. Agama yang sejatinya satu ternyata bisa dijalani dengan empat cara, sesuai dengan mazhabnya.
Kemudian Imam Ahmad bertanya kepada Allah, perihal siapakah yang akan dijadikan saksi bahwa kebaradaan empat imam mazhab telah menjadikan agama Islam dengan empat cara. Lantas Allah menjawab, “Aku. Aku sendiri yang menyaksikan bahwa kalian telah menjadikan agama dengan empat corak yang berbeda.”
Dengan kecerdasannya, kemudian Imam Ahmad berkata: “Bagaimana mungkin ya Allah Engkau menjadi saksi, padahal Engkau adalah hakim atas kejadian ini. Engkau pun telah menjelaskan kepada Nabi-Mu, bahwa hakim tidak sah dijadikan sebagai saksi.”
Mendengar jawaban tersebut, kemudian Allah menjawab, “Jika begitu, maka para malaikat yang akan menjadi saksi.”
Mendengar jawaban bahwa para malaikat yang akan dijadikan saksi dalam hal ini, maka Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Ya Allah, bukankah para malaikat sudah menuduh dan mencurigai keberadaan kami di dunia sejak sebelum diciptakannya bapak kami, yaitu Nabi Adam as. Sebagaimana yang Engkau kabarkan dalam Al-Qur’an, yaitu: ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ (QS Al-Baqarah: 30). Dalam hal ini, selama tuduhan dan kecurigaan ini ada, maka persaksiannya pun tidak bisa diterima”, jawab Imam Ahmad.
Mendengar jawaban tersebut, lantas Allah menyuruh para imam mazhab yang empat untuk masuk ke dalam surga bersama semua pengikutnya:
قَالَ: اِذْهَبُوْا فَقَدْ عَرَفْتُ لَكُمْ وَلِمَنْ تَبِعَكُمْ، اُدْخُلُوْا الْجَنَّةَ
Artinya, “Allah berfirman: “Berangkatlah kalian semua. Sungguh Aku telah tahu pada kalian dan orang-orang yang mengikuti kalian, masuklah kalian semua ke dalam surga”.”
Kisah ulama empat mazhab ketika diminta pertanggungjawaban oleh Allah kelak di hari kiamat, sebagaimana tertulis dalam Kitab Al-Ghusnul Mutsmir At-Thari. (Salim bin Umar As-Syatiri, Al-Ghusnul Mutsmir At-Thari min Kalami Sulthanil Ulama`il ‘Ashr Al-Habib Salim bin Umar As-Syatiri, [Maktabah Al-Islamiyah], juz I, halaman 70-72. Wallahu a’lam.
Menjaga Keutuhan Umat Islam
Ulama empat mazhab juga berperan dalam menjaga keutuhan umat Islam. Dengan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama, mereka menghindari perpecahan dan perbedaan yang tidak perlu di antara umat. Pertanggungjawaban mereka di Hari Kiamat mencakup bagaimana mereka telah berusaha menjaga kebersamaan dan persatuan umat Islam.
Salah satu hikmah dari pertanggungjawaban ulama empat mazhab di Hari Kiamat adalah warisan ilmu yang mereka tinggalkan. Ilmu dan pengetahuan yang mereka sampaikan kepada umat Islam akan terus menginspirasi dan membimbing umat dari generasi ke generasi. Pertanggungjawaban mereka di Hari Kiamat mencakup bagaimana warisan ilmu mereka digunakan oleh umat untuk mengambil kebaikan dan mendapatkan rahmat Allah.
Pertanggungjawaban ulama empat mazhab di Hari Kiamat mengingatkan kita akan pentingnya tanggung jawab dalam menegakkan ajaran agama dan membimbing umat. Kita sebagai umat Islam juga memiliki tanggung jawab untuk belajar dan mengamalkan ajaran agama dengan baik, sehingga kita juga dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh rasa bertanggung jawab.
Hari Kiamat adalah momen yang menentukan bagi setiap individu, termasuk ulama empat mazhab. Dalam pertanggungjawaban mereka, terdapat hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil sebagai umat Islam untuk menguatkan iman dan amal ibadah kita di dunia ini.
Sumber : Nu Online