Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Imam An-Nasa'i: Pakar Hadits Sekaliber Al-Bukhari



imam nasa'i, ahli hadist


Imam An-Nasa'i merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia keilmuan Islam, khususnya dalam bidang hadits. Beliau dikenal sebagai seorang pakar hadits yang memiliki keahlian sekaliber Imam Al-Bukhari. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang kehidupan dan kontribusi Imam An-Nasa'i dalam mengembangkan ilmu hadits.

Bagi kebanyakan orang, empat kitab Sunan, Sunan An-Nasa’i, Sunan Abi Dawud, Sunan At-Tirmidzi, dan Sunan Ibn Majah) berada pada strata yang sama. Namun, bagi pengkaji ilmu hadits, Sunan An-Nasa’i terkesan berada di level yang berbeda dengan tiga kitab Sunan lainnya. Al-Hafizh Ibn Hajar dalam An-Nukat-nya membuat kesimpulan demikian:


وفي الجملة فكتاب النسائي أقل الكتب بعد الصحيحين حديثا ضعيفا ورجلا مجروحا ويقاربه كتاب أبي داود وكتاب الترمذي ويقابله في الطرف الآخر كتاب ابن ماجه فإنه تفرد فيه بإخراج أحاديث عن رجال متهمين بالكذب وسرقة الأحاديث


Artinya, “Secara umum, kitab An-Nasa’i adalah kitab paling sedikit memuat hadits dan perawi lemah setelah Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Kitab Abu Dawud dan At-Tirmidzi kualitasnya mendekati kitab An-Nasai dalam hal ini. Kitab Ibn Majah berbanding terbalik dengan kitab An-Nasa’i, karena Ibn Majah meriwayatkan hadits-hadits dari perawi yang dicurgai sebagai pendusta dan mencuri hadits.” (Ibn Hajar, An-Nukat ‘ala Ibnish Shalah [Madinah: Kerajaan Arab Saudi, 1984], juz 1, halaman 484-485). 

Bahkan beberapa ulama pakar hadits secara terang-terangan mengatakan bahwa An-Nasai lebih ketat dalam menilai kredibilitas perawi dibanding Al-Bukhari dan Muslim. Di antara pakar tersebut adalah Adz-Dzahabi dalam Siyar-nya. Hal ini menambah rasa penasaran dan  ketertarikan untuk menelusuri profil An-Nasa’i. (Adz-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala’ [Beirut: Mu’assasah Ar-Risalah, 1983], juz XVI, halaman 131).


Latar Belakang dan Pendidikan

Imam An-Nasa'i, yang lahir dengan nama As-Sa'ad bin Ibrahim bin Mansur Al-Qazzaz Al-Bukhari, dilahirkan pada tahun 215 H (830 M) di kota Nasa' di wilayah Persia. Beliau tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan ilmu pengetahuan dan keagamaan, yang mempengaruhi minatnya dalam mempelajari dan menyebarkan hadits Nabi Muhammad SAW.

Imam An-Nasa'i menuntut ilmu hadits dari para ulama terkemuka pada zamannya, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Dawud, dan Imam Al-Bukhari. Beliau melakukan perjalanan ke berbagai kota dan belajar langsung dari para ulama terkenal tersebut. Keahlian dan dedikasi beliau dalam mempelajari hadits membawanya menjadi salah satu pakar hadits yang paling dihormati pada masanya.


Karya-karya dan Kontribusi

Imam An-Nasa'i terkenal karena menyusun salah satu kitab hadits terkenal yang dikenal sebagai "Sunan An-Nasa'i". Kitab ini termasuk salah satu dari enam koleksi hadits yang dianggap sebagai sumber utama dalam ilmu hadits Sunni. "Sunan An-Nasa'i" terdiri dari ribuan hadits yang dikumpulkan, diperiksa keasliannya, dan diurutkan berdasarkan topik-topik tertentu.

Selain "Sunan An-Nasa'i", Imam An-Nasa'i juga menulis karya-karya lain, termasuk "Al-Mujtaba" dan "'Amal Al-Yawm Wal-Lailah". Karya-karya ini membahas berbagai aspek kehidupan dan praktik keagamaan, termasuk ibadah harian dan malam hari. Imam An-Nasa'i sangat dihormati atas keahlian dan pengetahuannya dalam bidang hadits, serta kemampuannya untuk memilah hadits-hadits yang sahih.


Keberkahan dan Pengaruh

Kontribusi Imam An-Nasa'i dalam bidang hadits memiliki dampak yang signifikan dalam pengembangan ilmu hadits. Karya-karyanya menjadi acuan penting bagi para ulama dan mahasiswa ilmu hadits, dan masih digunakan hingga saat ini. Pendekatan kritis dan metode penelitian yang beliau terapkan dalam pengumpulan hadits telah memberikan fondasi yang kokoh bagi ilmu hadits modern.

Imam An-Nasa'i juga dikenal karena etika dan akhlaknya yang luhur. Beliau adalah sosok yang rendah hati, tawadhu', dan memiliki rasa cinta dan pengabdian yang tinggi terhadap agama Islam. Keberkahan kehidupan Imam An-Nasa'i tercermin dalam dedikasinya dalam menghimpun, menguji, dan menyebarkan hadits-hadits Rasulullah SAW.

Dengan keahlian dan kontribusinya yang luar biasa dalam bidang hadits, Imam An-Nasa'i memberikan warisan berharga bagi umat Islam. Karya-karyanya yang autentik dan pengaruhnya yang kuat terhadap pengembangan ilmu hadits menjadikannya sebagai salah satu tokoh yang patut dihormati dalam dunia keilmuan Islam, sekaliber dengan Imam Al-Bukhari.


Wafat

Suatu hari, An-Nasai melakukan perjalanan, ia singgah di Damaskus. Pada waktu itu, banyak penduduk Damaskus yang berpaham Nashibi (pendukung Mu’awiyyah). Ia diminta meyebutkan hadits hadits keutamaan Mu’awiyyah, namun An-Nasai menjawab:

ألا يرضى رأسا برأس حتى يفضّل

Artinya, “Apakah Mu’awiyyah tidak rela hingga harus diutamakan?”

Jawaban itu spontan menyulut amarah orang-orang yang bertanya, lalu mereka memukuli An-Nasai. Sampai di sini, kemudian ada dua versi cerita. Pertama, menurut Ad-Daruquthni, setelah mendapatkan siksaan, An-Nasai meminta dibawa ke Makkah, kemudian ia wafat di Mekkah dan dimakamkan di antara Shafa dan Marwah. Kedua, menurut Ibn Yunus (murid An-Nasa’i), setelah disiksa kemudian An-Nasa’i dibawa ke Ramla, Palestina dan wafat di sana. Adz-dzahabi menilai versi kedua ini lebih sahih karena dituturkan oleh murid An-Nasa’i langsung yang mana lebih tahu tentang gurunya. Pakar hadits terkemuka ini menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 303 H. (Adz-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala’, juz 14, halaman 132-133).


Sumber: Nu Online.

9014244961" data-ad-slot="7625084436" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">

Continue to Next Post

Code will appear in second