Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Agama di Swedia Sangat Personal: Dubes Indonesia Tak Pernah Alami Islamofobia

swedia, dubes indonesia, internasional


Pembakaran Al-Qur’an di Swedia kembali terjadi. Setelah pernah terjadi pada Januari 2023 lalu oleh seorang politisi sayap kanan, kali ini peristiwa tersebut terjadi di dekat Masjid Raya Stockholm dan di momen Idul Adha 1444 H, pada Rabu (28/6/2023). Pelakunya seorang imigran asal Irak bernama Salwan Momika. Insiden ini tentu saja menuai berbagai protes keras, tak terkecuali di Indonesia.

Meskipun demikian, agama di Swedia ini menjadi hal yang sangat pribadi bagi setiap orangnya. Karenanya, saat ditanya perihal islamofobia atau rasialisme, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia Kamapradipta Isnomo mengaku tidak mempunyai pengalaman tersebut, baik dalam memandang dirinya sebagai seorang Indonesia ataupun sebagai seorang Muslim.

“Saya tidak punya pengalaman satu pun perihal diskriminasi terhadap diri saya, baik sebagai Indonesia maupun Muslim yang tinggal di Swedia,” katanya dalam tayangan video wawancara bersama SEA Today yang diunggah ulang akun Instagram @indonesiainstockholm pada Senin (3/7/2023).

“Alasannya agama ini sangat personal dan hal yang pribadi,” lanjutnya.

Kamapradipta juga menyampaikan bahwa orang-orang di negara tersebut sangat jarang membicarakan perihal agama di ranah publik atau di mana saja. Hal ini mengingat agama masuk dalam ranah yang sangat privasi bagi mereka.

“Jarang banget ada orang yang membicarakan agama di publik atau di manapun karena termasuk wilayah yang privat,” katanya.


 Menggali Kehidupan Keagamaan di Swedia

Swedia, sebuah negara yang terletak di wilayah Skandinavia, terkenal dengan penduduknya yang ramah dan sikap toleransinya yang tinggi. Salah satu aspek yang menarik untuk ditelusuri adalah kehidupan keagamaan di negara ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perbedaan dalam pendekatan Swedia terhadap agama dan pentingnya sikap personal dalam pengamalan agama di negara tersebut.


Agama sebagai Hal Personal

Swedia adalah negara yang sangat menganut prinsip kebebasan beragama. Kehidupan keagamaan di sini didasarkan pada kepercayaan bahwa agama adalah hal personal, dan setiap individu memiliki hak untuk mempraktikkan agamanya dengan bebas. Tidak ada agama yang dianggap lebih unggul dari yang lain, dan pluralisme agama sangat dihargai.


Toleransi dan Penghargaan terhadap Perbedaan

Toleransi adalah salah satu pilar penting dalam masyarakat Swedia. Swedia sangat menghargai perbedaan agama dan berusaha untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua orang. Semua agama diakui secara resmi dan diizinkan untuk membangun tempat ibadah mereka sendiri. Inisiatif seperti dialog antaragama dan acara keagamaan bersama juga sering diadakan untuk mempromosikan pemahaman dan toleransi antara berbagai kelompok keagamaan.


Islamofobia dan Tindakan Diplomatik Indonesia

Dalam konteks ini, Duta Besar Indonesia untuk Swedia membagikan pengalamannya tentang kehidupan keagamaan di Swedia. Beliau mengungkapkan bahwa Swedia adalah negara yang sangat terbuka terhadap Islam dan muslim. Selama masa tugasnya, beliau tidak pernah mengalami atau menyaksikan tindakan Islamofobia yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa Swedia adalah salah satu negara di dunia yang mampu mengakomodasi dan menghormati praktik keagamaan Islam. Dalam lingkungan yang inklusif seperti ini, masyarakat muslim di Swedia merasa diterima dan dihormati.


Mengatasi Tantangan dan Mempromosikan Toleransi

Meskipun Swedia memiliki pendekatan yang sangat terbuka terhadap kebebasan beragama, bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadapi. Seperti di negara lain, ada perdebatan dan isu-isu yang muncul terkait agama dan pluralisme agama.

Namun, peran diplomatik Indonesia di Swedia penting dalam mempromosikan kerjasama dan toleransi antara masyarakat Indonesia dan Swedia. Dalam menjalankan tugasnya, Dubes Indonesia mengedepankan dialog antaragama, pertukaran budaya, dan promosi pemahaman saling-menghormati di antara kedua negara.



Kesimpulan

Swedia adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara dapat membangun lingkungan yang inklusif dan menghargai perbedaan agama. Kebebasan beragama dan toleransi menjadi pijakan utama dalam masyarakat Swedia, dan pendekatan personal terhadap agama menjadi kunci penting dalam kehidupan keagamaan di negara ini. Melalui diplomasi yang kuat, Indonesia juga berperan dalam mempromosikan pemahaman dan toleransi antara masyarakat Indonesia dan Swedia.


Sumber : Nu Online

9014244961" data-ad-slot="7625084436" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">

Continue to Next Post

Code will appear in second