Pengalaman Mengharukan Nenek Nuraini dalam Menunaikan Ibadah Haji di Ka'bah
Keajaiban di Balik Kesempatan Melihat Ka'bah
Nenek Nuraini telah menantikan momen ini sejak tahun 2011, ketika dia mendaftar untuk menunaikan ibadah haji. Setelah bertahun-tahun penantian, akhirnya tiba saatnya dia diberi kesempatan untuk masuk dalam kuota jamaah haji tahun ini. Ketika melihat Ka'bah untuk pertama kalinya, Nenek Nuraini tidak dapat menahan haru dan kebahagiaannya. Air matanya mulai mengalir, dan dengan penuh syukur, dia berteriak, "Ya Allah, (saya) bersyukur atas nikmat dari-Mu."
Mengelilingi Ka'bah dengan Semangat dan Ketulusan
Meskipun tubuhnya sudah sepuh, Nenek Nuraini mampu melalui prosesi tawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali dengan sempurna. Tanpa bantuan skuter atau kursi roda, dia menunjukkan kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Bahkan, dia rela menambah satu putaran tawaf lagi demi bisa mencium Hajar Aswad. Dengan suara penuh khidmat, Nenek Nuraini menceritakan betapa syahdu rasanya saat akhirnya dia berhasil mencium Hajar Aswad setelah selesai tawaf.
Menerima Panggilan Haji di Usia Lanjut
Awalnya, Nenek Nuraini merasa pesimis tentang kemungkinan untuk berangkat haji mengingat usianya yang semakin sepuh dan ketidakpastian panggilan dari pemerintah. Namun, segalanya berubah saat dia mendapatkan panggilan tersebut. Dalam ungkapannya yang penuh haru, Nenek Nuraini berterima kasih kepada Menteri Agama atas dukungannya dalam memastikan jamaah haji lanjut usia seperti dirinya dapat memenuhi panggilan suci tersebut. Keikutsertaannya dalam ibadah haji adalah bukti nyata dari kebijakan inklusif pemerintah untuk mengakomodasi semua golongan dalam menjalankan ibadah haji.
Terpisah dari Rombongan: Tantangan dalam Perjalanan
Namun, perjalanan Nenek Nuraini tidak berjalan mulus tanpa tantangan. Setelah menyelesaikan tawaf dan sa'i, dia tiba-tiba terpisah dari rombongan. Dia keluar dari Masjidil Haram melalui pintu yang berbeda dan naik bus dengan jurusan yang berbeda pula. Akibatnya, dia dan dua orang lainnya tersesat ke Sektor 10 di kawasan Misfalah, yang seharusnya menuju Sektor 8 di kawasan Jarwal, tempat jamaah haji Embarkasi Aceh (BTJ) menginap.
Takdir Menyatukan Nenek Nuraini dengan Petugas Haji
Keberuntungan akhirnya berpihak pada Nenek Nuraini ketika dia bertemu dengan Azmiadi, seorang petugas haji Indonesia yang juga berasal dari Aceh. Azmiadi adalah petugas Layanan Perlindungan Jamaah PPIH Arab Saudi yang dengan sigap memotivasi dan mengantarkan Nenek Nuraini ke pemondokan untuk bergabung kembali dengan rombongannya. Pertemuan mereka dianggap sebagai takdir yang telah ditentukan. Nenek Nuraini merasa bersyukur atas bantuan dan kepedulian yang diberikan oleh petugas haji.
Pengalaman Pelayanan yang Baik dari Petugas Haji
Nenek Nuraini juga mengungkapkan kepuasannya dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas haji. Dia merasa sangat diperhatikan, mulai dari istirahat, transportasi, hingga konsumsi. Selain itu, dia juga senang menemukan makanan enak dengan cita rasa Nusantara. Meskipun ada beberapa makanan yang sulit dikonsumsi karena giginya yang tidak lengkap, Nenek Nuraini tetap menghadapinya dengan tawa yang ramah.
Penutup
Pengalaman Nenek Nuraini dalam menunaikan ibadah haji di Ka'bah adalah kisah yang mengharukan dan memotivasi. Meskipun berusia 68 tahun, dia membuktikan bahwa semangat, keberanian, dan ketulusan hati dapat mengatasi segala rintangan. Dukungan dari pemerintah dan pelayanan yang baik dari petugas haji juga merupakan faktor penting dalam menjadikan perjalanan ibadah haji menjadi berkesan. Melalui pengalaman Nenek Nuraini, kita belajar tentang pentingnya inklusi dan perhatian terhadap jamaah haji lanjut usia. Semoga pengalaman ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjalankan ibadah dengan sepenuh hati, tidak peduli berapapun usia kita.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan update Berita Terbaru Dari KangSantri.net