Hasan Tata Abas: Kisah Menakjubkan Orang Indonesia sebagai Asisten Imam Masjid Nabawi
Seorang Asisten Setia di Masjid Nabawi
Hasan Tata Abas: Kisah Pelayan Istimewa di Masjid Nabawi
Sehari-harinya, Hasan Tata Abas membantu dan melayani Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, salah satu dari tujuh Imam Masjid Nabawi. Tugasnya meliputi menyiapkan ruangan, menyediakan makanan dan minuman, serta berbagai kebutuhan lainnya. Hasan juga sering menemani Sang Imam dalam menjamu para tamu yang datang. Dengan kecermatan dan dedikasinya, Hasan menyajikan qohwah atau teh campuran rempah-rempah, minuman khas Arab Saudi, kepada tamu dan ulama yang hadir.
Dedikasi dan Pengabdian Sebagai Asisten
Hasan menceritakan bahwa sebagai asisten, ia bekerja dari Subuh hingga Isya, dimulai di Maarots Kadimiyah Masjid Nabawi yang berlokasi di depan pintu 309. Setelah Ashar, ia pindah ke Masjid Nabawi untuk melanjutkan tugasnya di sana. Menariknya, Hasan memulai perjalanan karyanya di Masjid Nabawi sejak tahun 2004, setelah menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren di Pandeglang, Banten.
Hasan mengaku tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi asisten Imam Masjid Nabawi. Ia mengambil keputusan untuk mengikuti beasiswa gratis di Universitas Islam Madinah (UIM) karena pertimbangan ekonomi, saat itu ia hanya memiliki seorang anak. Dengan izin Allah, Hasan berhasil lulus dan melamar pekerjaan di Arab Saudi melalui Kafil (sponsor) bin Laden Group untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Melalui proses seleksi dan wawancara, Hasan berhasil diterima bersama 47 peserta lainnya dari berbagai negara.
Keistimewaan dan Kebahagiaan Hasan
Hasan mengungkapkan kebanggaannya dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan di Masjid Nabawi. Selain mendekati ulama-ulama besar, ia juga memiliki kesempatan untuk melakukan shalat kapan pun di Masjid Nabawi dan mengunjungi Raudhah. Hadits Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa orang yang melaksanakan shalat di Masjid Nabawi akan mendapatkan pahala 1.000 kali lipat dibandingkan shalat di tempat lain.
Hasan dengan haru menyampaikan, "Saya sering menangis, ya Allah, saya ini warga Indonesia, orang kecil, orang bodoh. Di Indonesia, saya tidur di pondok bambu, shalat di mushala kampung. Namun, Allah memberi kesempatan kepada saya untuk berkumpul dengan orang-orang shaleh setingkat sahabat Rasulullah di Arab Saudi. Itulah yang membuat saya menangis bahagia."
Keajaiban dan Pengalaman yang Menakjubkan
Selama menjadi asisten Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, Hasan seringkali bertemu dan melayani para ulama besar, tidak hanya Imam Masjid Nabawi tetapi juga Imam Masjidil Haram. Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah saat Syekh Haramain mengunjungi Masjid Nabawi. Hasan merasa terharu saat berada di belakang Syekh, menunggu panggilan sambil berpartisipasi dalam ijtima musyawarah ulama yang mulia.
Tak hanya itu, Hasan juga pernah mengalami kejadian yang sulit diterima oleh akal sehat. Suatu ketika, seorang tamu dengan pakaian lusuh datang mengunjungi Syekh. Meskipun protokol melarangnya, Syekh mempersilakan tamu tersebut masuk. Hasan menyajikan makanan dan minuman kepada tamu tersebut, namun tamu tersebut tidak menyentuh hidangan tersebut. Syekh hanya menyebutnya sebagai "kekasih Allah" tanpa menjelaskan apakah tamu tersebut malaikat atau manusia.
Penutup
Kisah hidup Hasan Tata Abas, orang Indonesia yang menjadi asisten Imam Masjid Nabawi, adalah sebuah inspirasi yang luar biasa. Dedikasinya untuk melayani ulama-ulama besar dan menjalankan tugasnya dengan penuh kesopanan dan keikhlasan memperlihatkan kebesaran hati seorang pelayan sejati. Pengalaman Hasan yang luar biasa di tengah atmosfer religius Masjid Nabawi mengajarkan kita tentang arti pengabdian, kebahagiaan, dan keajaiban yang tak terduga dalam hidup. Semoga kisah Hasan Tata Abas menginspirasi banyak orang untuk menjalani hidup dengan penuh dedikasi dan keikhlasan di jalan agama.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan update Berita Terbaru Dari KangSantri.net