Dua Pilihan Ketika Wanita Jatuh Cinta: Kisah Siti Khadijah dan Siti Fatimah yang Menginspirasi
kangsantri.net - Wanita seringkali dianggap sebagai makhluk yang paling misterius dalam hal rasa. Mereka dikisahkan sebagai "tulang rusuk" yang diciptakan oleh Allah Swt. Terkadang, kita pun merasa bingung dengan jawaban wanita, antara "iya" dan "tidak".
Di dunia ini, banyak kisah tentang jatuh cintanya seorang wanita, termasuk dalam konteks Islam. Dalam artikel ini, kita akan membahas dua kisah wanita suci masa lampau yang menjadi inspirasi dan suri tauladan bagi umat manusia, yakni Siti Khadijah dan Siti Fatimah.
Kisah Cinta Jujur Siti Khadijah kepada Rasulullah Saw.
Kesungguhan Siti Khadijah dalam Mengejar Cinta
Siti Khadijah adalah salah satu contoh wanita yang menyatakan cintanya secara jujur kepada Rasulullah Saw. Sebelumnya, Siti Khadijah melakukan riset dan observasi yang serius terhadap Rasulullah. Ia mendengar bahwa Sayyidina Muhammad adalah orang yang sangat jujur dan dapat dipercaya, bahkan kaumnya sendiri menjulukinya Al-Amin.
Kejujuran dan kepercayaan yang dimiliki Rasulullah itulah yang membuat hati Khadijah tertarik. Khadijah kemudian mengutus Sayyidina Muhammad beserta pembantunya, Maisarah, untuk membawakan barang dagangannya ke Negeri Syam. Dalam perjalanan, mereka merasakan keutamaan dan berkah yang datang dari Nabi Muhammad. Setelah kembali, Maisarah menceritakan segala kesaksiannya kepada Khadijah, yang semakin memperkuat perasaannya. Dengan langkah berani, Khadijah mengutus sahabatnya, Nafisah, untuk menyampaikan cintanya kepada Rasulullah dan melamarnya.
Kisah Cinta Dalam Diam Siti Fatimah
Siti Fatimah adalah contoh wanita yang lebih memilih diam dalam menyatakan cintanya. Ketika Siti Fatimah dilamar oleh banyak lelaki, termasuk sahabat dekat Nabi yang shalih dan mapan seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Abdurrahman, ia menolak mereka semua. Namun, ada seorang pemuda yang berani melamarnya di hadapan Nabi, Ali bin Abi Thalib.
Nabi menemui Fatimah untuk mengetahui pendapatnya tentang Ali, dan Siti Fatimah hanya diam. Rasul memberikan isyarat bahwa putrinya menerima Ali sebagai suami. Suatu hari setelah mereka menikah, Siti Fatimah mengakui kepada Ali bahwa sebelumnya ia pernah merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda. Tanpa disangka, pemuda tersebut adalah Ali sendiri. Keduanya saling mencintai karena Allah, dan menjaga cinta dan kehormatan dalam pernikahan mereka.
Menarik Pelajaran dari Kisah-kisah Ini
Menyatakan Cinta atau Mencintai dalam Diam?
Dari kedua kisah di atas, kita dapat belajar bahwa jika seorang wanita mencintai seorang laki-laki yang shalih dan memiliki akhlak baik, tidak ada masalah jika ia menyatakan cintanya lebih dahulu melalui orang tua atau perantara. Siti Khadijah telah menunjukkan kejujurannya dan mengambil langkah untuk menyampaikan cintanya kepada Rasulullah melalui seorang sahabatnya.
Namun, jika wanita tidak mampu melakukannya, bisa mengambil contoh dari Siti Fatimah dengan mendekatkan diri kepada Allah, menjaga kesucian diri, pasangan, dan keluarga. Cinta yang dijaga dengan baik akan diberkahi oleh Allah. Siti Fatimah telah membuktikan betapa pentingnya keikhlasan dan menjaga cinta dalam diam.
Penutup
Kisah cinta Siti Khadijah dan Siti Fatimah memberikan inspirasi bagi kita dalam menghadapi jatuh cinta. Keduanya menunjukkan bahwa wanita memiliki dua pilihan ketika jatuh cinta, yakni menyatakan cinta dengan jujur atau mencintai dalam diam. Baik Siti Khadijah maupun Siti Fatimah telah menunjukkan keikhlasan, kejujuran, dan ketulusan dalam menyatakan cinta mereka.
Kisah-kisah ini mengajarkan kita untuk mengambil langkah yang tepat sesuai dengan kemampuan dan keyakinan kita. Selain itu, menjaga cinta dan kehormatan merupakan hal yang penting dalam hubungan. Semoga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kedua kisah ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan update Berita Terbaru Dari KangSantri.net