Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Barusan Maksiat di Suatu Tempat? Lakukan Ini Sebelum Pergi

maksiat


Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita tergoda atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Namun, setiap orang memiliki kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Artikel ini akan membahas tindakan yang dapat dilakukan setelah melakukan maksiat di suatu tempat, sebagai langkah awal untuk memperbaiki diri dan mendapatkan pengampunan.

Sudah semestinya bumi dijadikan tempat berbuat kebaikan atau untuk beribadah. Begitu pula sebaliknya, jika orang justru berbuat maksiat di suatu tempat, hendaknya ia tidak meninggalkan tempat itu begitu saja, sebelum menggunakannya untuk berbuat kebaikan atau beribadah.

Mazhab Ahlusunnah wal Jamaah menyatakan bahwa kelak pada hari kiamat bumi akan diberi kehidupan, kemampuan berakal dan dapat berbicara. Pada hari Kiamat atas perintah Allah swt, ia akan mengabarkan baik-buruk perilaku manusia di atas permukaannya. 

Pernyataan ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Khazin dalam tafsirnya, Lubabut Ta'wil:

إن الله تعالى يخلق في الأرض الحياة، والعقل، والنطق حتى تخبر بما أمر الله به وهذا مذهب أهل السنة

Artinya, "Sesungguhnya Allah menciptakan kehidupan, akal dan kemampuan berbicara pada bumi, hingga ia nanti akan memberi kabar sesuatu yang telah Allah perintahkan padanya. Ini adalah mazhab Ahlussunah." (Abul Hasan Ali bin Muhammad Al-Khazin, Lubabut Ta'wil Fi Ma'ani Tanzil, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H], juz IV halaman 409). 

Dengan demikian, berarti segala perbuatan dan tingkah laku manusia di atas permukaan bumi baik-buruknya telah terekam oleh bumi. Nanti pada hari Kiamat bumi akan menyampaikan rekaman tersebut. 

Karena itulah dalam fiqih mazhab Syafi'i disunahkan untuk berpindah-pindah tempat shalat, karena nanti tempat tersebut akan menjadi saksi shalatnya di akhirat. 

وَ يُسَنُّ (أَنْ يَنْتَقِلَ لِلنَّفْلِ) أَوْ الْفَرْضِ (مِنْ مَوْضِعِ فَرْضِهِ) أَوْ نَفْلِهِ إلَى غَيْرِهِ تَكْثِيرًا لِمَوَاضِعِ السُّجُودِ. فَإِنَّهَا تَشْهَدُ لَهُ. وَلِمَا فِيهِ مِنْ إحْيَاءِ الْبِقَاعِ بِالْعِبَادَةِ

Artinya, "Disunahkan berpindah untuk melakukan shalat fardhu atau sunah dari tempat shalat fardhu atau shalat sunah lainnya, dalam rangka memperbanyak tempat sujud. Karena nanti tempat itu akan bersaksi untuknya, dan karena hal itu termasuk upaya menghidupkan suatu area bumi dengan ibadah." (Syihabuddin Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj, [Beirut: Darul Fikr: 1404 H], juz V halaman 552). 

Menerima Kesalahan dan Bertobat

Setelah melakukan maksiat di suatu tempat, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menerima kesalahan dan merasa menyesal. Kesadaran akan kesalahan yang dilakukan merupakan langkah awal untuk bertaubat. Setelah itu, kita perlu bertobat dengan sungguh-sungguh dan berniat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut di masa depan. Bertobat melibatkan pengakuan dosa kepada Allah SWT, memohon ampunan-Nya, dan berkomitmen untuk berubah.

Beristighfar dan Melakukan Shalat Sunnah

Setelah bertobat, istighfar menjadi salah satu amalan penting yang dapat dilakukan. Istighfar adalah memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Melalui istighfar, kita mengakui kesalahan kita dan memohon rahmat dan pengampunan-Nya. Selain itu, melakukan shalat sunnah juga dapat membantu membersihkan hati dan meraih ketenangan batin. Shalat sunnah merupakan ibadah tambahan yang dianjurkan dan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menghindari Lingkungan yang Memperburuk

Setelah melakukan maksiat di suatu tempat, penting untuk menghindari lingkungan atau situasi yang dapat memperburuk kondisi spiritual kita. Hal ini berarti menjauhkan diri dari lingkungan yang mempengaruhi kita untuk melakukan maksiat atau melibatkan diri dalam aktivitas yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Mencari lingkungan yang lebih positif dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki pengaruh positif dapat membantu memperbaiki diri dan menguatkan iman.

Mengganti Tindakan Negatif dengan Tindakan Positif

Selain menghindari lingkungan negatif, mengganti tindakan negatif dengan tindakan positif juga merupakan langkah penting dalam memperbaiki diri. Misalnya, jika sebelumnya kita sering melakukan maksiat di suatu tempat, sekarang kita dapat mengisi waktu dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti membaca Al-Quran, belajar agama, atau melakukan amal kebaikan. Dengan mengalihkan fokus pada tindakan positif, kita dapat memperkuat iman dan membangun hubungan yang lebih baik dengan Allah SWT.

Sumber : Nu Online

Ikuti Sosial media kami untuk mendapatkan update terbaru dari Kang Santri:
9014244961" data-ad-slot="7625084436" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">

Continue to Next Post

Code will appear in second