Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ada Nasi Uduk dan Serabi di Makkah, Penjualnya Ternyata Bukan Orang Indonesia

nasi uduk, serabi, penjual makanan, jamaah haji, Makkah, Arab Saudi, Myanmar, kuliner Nusantara,

kangsantri.net - Makkah, kota suci dalam agama Islam, menarik jutaan jamaah dari seluruh dunia setiap tahunnya. Di antara beragam kelompok orang yang mengunjungi Makkah, ada yang menemukan peluang untuk memenuhi kebutuhan dan selera khusus para jamaah. Dalam peristiwa yang mengejutkan, Rasad Ahmad, seorang pengusaha asal Myanmar, membuka warung makanan di daerah Syisah, Makkah, yang menawarkan hidangan khas Indonesia seperti nasi uduk, serabi, dan berbagai hidangan tradisional lainnya. Artikel ini akan membahas perjalanan Rasad sebagai penjual makanan non-Indonesia di Makkah dan kemampuannya menarik perhatian para jamaah haji Indonesia.

Perjalanan Rasad Ahmad sebagai Penjual Makanan di Makkah

Rasad Ahmad, yang berasal dari Myanmar, telah tinggal di Arab Saudi selama 30 tahun. Setiap tahun selama musim haji, Rasad memanfaatkan kesempatan untuk menjual makanan kepada para jamaah haji Indonesia. Pengalamannya telah mengajarkan bahwa permintaan akan masakan Indonesia tinggi di antara jamaah haji Indonesia yang tinggal sementara di Makkah. Warung Rasad menawarkan berbagai hidangan, termasuk nasi uduk, nasi kuning, serabi, bakso, soto, telur balado, dan tumis pare. Ia cerdik dalam memasarkan produknya dengan menggunakan bahasa Indonesia, menyambut calon pelanggan dengan ramah, "Silakan, silakan, silakan".

Memenuhi Permintaan Jamaah Haji Indonesia

Suatu pagi, warung Rasad mendadak diserbu oleh sekelompok wanita asal Makassar yang mayoritasnya ingin merasakan cita rasa masakan Indonesia. Lonjakan yang tak terduga itu membuat Rasad kewalahan, namun untungnya ia memiliki seorang asisten perempuan dari Bandung, Jawa Barat, yang ahli dalam memasak hidangan Indonesia yang otentik. Meski Rasad enggan mengungkapkan pendapatan harian, jelas bahwa bisnisnya menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan dua istri dan empat anaknya. Istri keduanya, yang dinikahinya delapan tahun yang lalu, adalah warga negara Indonesia, dan mereka memiliki seorang anak.

Beradaptasi dengan Perubahan Keadaan

Kemampuan Rasad tidak hanya terbatas pada keahlian kuliner. Karena sering terjadi penggerebekan dan pengusiran oleh polisi di Makkah, ia harus seringpindah lokasi warung makanan untuk menghindari penangkapan. Meskipun ada risiko, Rasad menganggap situasi saat ini relatif aman karena musim haji baru dimulai dan jumlah jamaah masih relatif sedikit. Namun, ia tetap waspada dan berencana untuk pindah ke lokasi lain dalam tiga atau empat hari mendatang agar bisnisnya tetap berjalan lancar.

Kisah Ria: Dari TKW menjadi Penjual Makanan

Di sekitar warung Rasad, terdapat juga Ria, yang berasal dari Makassar dan menjual makanan ringan. Ria, yang dulunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW), kini telah menikah dengan warga negara Arab Saudi dan bukan lagi warga negara Indonesia. Sejak tahun 2016, ia menjual makanan ringan khas Indonesia seperti rempeyek dan kerupuk, dengan harga 5 riyal per bungkus. Ria menjelaskan bahwa menjual makanan ringan ini selama musim haji membantu meningkatkan pendapatan keluarganya, terutama karena suaminya telah pensiun.

Melayani Jamaah dengan Praktis

Baik Ria maupun Rasad memahami kebutuhan yang beragam dari pelanggan mereka dan menerima pembayaran tidak hanya dalam riyal, tetapi juga dalam rupiah Indonesia. Mereka biasanya menjalankan warung mereka selama kurang dari tiga jam sebelum pindah ke tempat lain, menggunakan kendaraan mereka untuk mobilitas. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka melayani berbagai pelanggan dan memastikan bisnis mereka tetap dapat dijangkau oleh jamaah haji Indonesia sepanjang masa tinggal mereka di Makkah.

Penutup

Kisah Rasad Ahmad dan Ria menggambarkan kreativitas dan adaptabilitas individu dalam menemukan peluang di tengah situasi yang unik. Kemampuan mereka untuk menyajikan masakan Indonesia otentik kepada jamaah haji Indonesia di Makkah menunjukkan ikatan budaya yang kuat dan cita rasa yang saling berbagi yang melampaui batas-batas negara. Seiring berlanjutnya musim haji, para penjual non-Indonesia ini akan terus menjadi penghubung dengan tanah air bagi para jamaah haji Indonesia, mengingatkan mereka akan cita rasa dan tradisi yang mereka kenang dengan penuh kasih sayang.

Sumber Berita

Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan update Berita Terbaru Dari KangSantri.net

Halaman:  1 2
9014244961" data-ad-slot="7625084436" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">

Continue to Next Post

Code will appear in second