Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terjemah Lengkap Akhlaq Lil Banin Juz 3

kitab akhlaqul banin, akhlak lil banin, terjemahan akhlak lil banin juz 1, terjemahan kitab akhlaq lil banat juz 1 pdf, terjemah akhlak lil banin juz 2, terjemahan akhlak lil banin juz 2, akhlak lil banin juz 1, akhlak lil banin juz 2, akhlaqul banin juz 2, terjemah kitab akhlaq lil banat bab 1, kitab akhlaqul banin pdf, kitab akhlak lil banin, terjemah akhlaqul banin juz 2, pengarang kitab akhlaqul banin, terjemah kitab akhlaq lil banat pdf, kitab akhlak lil banin jilid 1 pdf, kitab akhlaq lil banin, terjemah kitab akhlaq lil banin juz 1 pdf, terjemah kitab akhlaq lil banin juz 2 pdf, terjemahan akhlak lil banat juz 1 pdf, terjemahan kitab akhlaq lil banat juz 1 bab 8, kitab akhlak lil banin jilid 1, kitab akhlaqul banin juz 2, terjemahan kitab akhlaq lil banat juz 1 bab 9, kitab akhlak lil banat jilid 1 pdf, akhlaq lil banat juz 1 pdf, terjemah kitab akhlaq lil banat bab 2,

Selamat datang di artikel kami yang membahas tentang terjemahan kitab Akhlaq Lil Banin Juz 3. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi terjemahan lengkap kitab Akhlaq Lil Banin Juz 3, setelah seblumnya kita telah kami sajikan akhlaq lil banin juz 1 dan akhlaq lil banin Juz 2 dalam bahasa Indonesia yang kami sajikan di situs https://www.kangsantri.net,

Kitab ini merupakan panduan praktis yang membahas tentang pendidikan akhlak bagi anak-anak, dan kami juga akan mengenalkan lebih dekat dengan pengarangnya, Syaikh Umar Baradja. kami berharap artikel ini dapat memberikan wawasan dan panduan yang berharga dalam mengembangkan karakter dan moralitas anak-anak dengan nilai-nilai Islami yang baik.

Mengenal Kitab Akhlaq Lil Banin

Kitab Akhlaq Lil Banin, yang secara harfiah berarti "Akhlak untuk Anak Laki-laki," ditulis oleh seorang ulama terkenal bernama Syaikh Umar Baradja. Kitab ini menggambarkan pentingnya pendidikan akhlak sejak dini dan memberikan pedoman praktis bagi orang tua, guru, dan pengasuh dalam membentuk karakter anak-anak mereka.

Dalam kitab ini, Syaikh Umar Baradja membahas berbagai aspek akhlak yang harus ditanamkan pada anak-anak, termasuk perilaku sopan, kejujuran, kesabaran, keramahan, kebersihan, dan banyak lagi. Ia menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari anak-anak agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, bermoral, dan berperilaku baik.

Melalui terjemahan Kitab Akhlaq Lil Banin ini, pembaca yang tidak mahir dalam bahasa Arab dapat memahami dan menerapkan ajaran-ajaran kitab Akhlaq Lil Banin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari kitab ini, orang tua, guru, dan pengasuh dapat memperoleh panduan yang bermanfaat dalam membimbing dan mengembangkan perilaku dan karakter anak-anak.

Mengenal Penulis Akhlaq Lil Banin

Syaikh Umar Baradja, seorang ulama terkemuka dari Surabaya, telah mengukir akhlaq para santri di Indonesia melalui karya-karyanya. Sejak tahun 1950, buku-buku karya beliau, seperti "Al-Akhlaq Lil Banin" dan "Al-Akhlaq Lil Banat," telah menjadi bagian dari kurikulum di pesantren di seluruh Indonesia. Buku-buku ini awalnya dicetak di Kairo, Mesir, pada tahun 1969 atas biaya dari seorang dermawan Mekkah. Syaikh Umar berharap agar karyanya ini dapat menjadi jariyah yang bermanfaat bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada tahun 1992, buku-buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura, dan Sunda.

Selain sebagai penulis buku pelajaran, Syaikh Umar juga seorang penyair berbakat. Banyak syair-syairnya yang belum dibukukan dan masih tersimpan dalam perpustakaan keluarga. Keahliannya dalam bahasa Arab, sastra, tafsir, hadis, fiqih, tasawuf, sirah, dan sejumlah bahasa asing, seperti Belanda dan Inggris, menjadikannya ulama yang sangat berpengetahuan.

Syaikh Umar Baradja lahir pada tahun 1913 dan sejak kecil telah dididik oleh kakeknya, seorang ulama yang ahli dalam ilmu nahwu dan fiqih. Ia menuntut ilmu agama dan bahasa Arab dengan tekun dan mendapatkan pendidikan dari berbagai ulama terkemuka di Indonesia dan luar negeri.

Kariernya sebagai pendidik dimulai di Madrasah Al-Khairiyah Surabaya, dan kemudian ia mengajar di berbagai lembaga pendidikan, seperti Madrasah Al-Husainiyah Bondowoso, Rabithah Al-Alawiyyah Solo, dan Al-Arabiyah Al-Islamiyah Gresik. Selain itu, ia juga mengajar di rumah pribadinya dan menyelenggarakan majelis ta'lim. Ia bahkan mendirikan yayasan pendidikan atas namanya sendiri, Yayasan Perguruan Islam Umar Baradja, yang masih beroperasi hingga sekarang di bawah asuhan putranya.

Syaikh Umar juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia menggalang dana untuk membantu janda, fakir miskin, dan yatim piatu, terutama para santrinya, agar mereka dapat fokus dalam menimba ilmu. Ia juga berperan dalam menjodohkan wanita muslim dengan pria muslim yang baik dan menyediakan dukungan keuangan untuk pernikahan mereka. Salah satu karya monumental Syaikh Umar adalah pembangunan Masjid Al-Khair di Surabaya, yang ia dirikan bersama KH. Adnan Chamim pada tahun 1971. Masjid ini menjadi pusat dakwah dan kegiatan keagamaan di Surabaya. selengkapnya tentang syaikh umar baradja

Terjemah Lengkap Akhlaq Lil Banin Juz 3

PENDAHULUAN KITAB

Wahai anak yang tercinta!

Allah telah menciptakan manusia di alam ini dan mengutamakan bagi mereka di -atas hewan-hewan dengan akal, agama, lisan dan akhlak. Islam telah memberikan perhatian tertinggi terhadap akhlak dan mewajibkannya atas individu dan masyarakat, karena akhlak sangat penting bagi tegaknya kehidupan individu dan masyarakat. Manusia membahayakan dirinya jika ia berakhlak buruk, dan merusak sebagian besar perbuatannya jika ia pendusta dan pendengki, jahat dan suka mencari pujian. Begitu pula masyarakat akan terganggu oleh tersebarnya akhlak yang rusak ini sehingga mereka selalu hidup dalam permusuhan, pertengkaran, saling membanggakan diri dan saling berperang.

Betapa Islam banyak memperhatikan seruan kepada akhlak yang baik dan mendatangkan kesenangan serta kebahagiaan, dan memperingatkan terhadap akhlak yang buruk yang menimbulkan kesengsaraan dan kemalangan. Islam menjelaskan kepada kita dua cara perlindungan dari kerusakan akhlak.

Pertama : Mengharamkan ketiga sumber kejahatan, yaitu khamar (minuman keras), judi dan zina.

Kedua : Mewajibkan amar makruf dan nahi munkar (menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).

Manusia sangat membutuhkan akhlak yang baik dalam seluruh keadaannya. Jika ia tidak memilikinya, maka lebih baik ia mati daripada hidup begitu. Imam: As-Syafi’i radhiyallahu “anhu berkata:

Tidaklah Allah memberi manusia suatu karunia yang lebih baik daripada akal dan adabnya keduanya adalah sumber hidup manusia, dan jika hilang maka kematian lebih baik baginya.

Nabi SAW. telah menetapkan tujuan pengutusan dirinya kepada manusia, yaitu penyebaran akhlak mulia. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) mulia.” Allah SWT. memujinya sebagai pemilik akhlak yang baik. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Al-Qalam – 4).

Nabi SAW. menjadikan nisbah (hubungan) akhlak yang baik terhadap agama sebagai nisbah antara wadah dan isinya. Maka Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya akhlak itu wadah agama.”

Dalam mendorong agar memiliki akhlak mulia, terdapat hadits-hadits: “Sesungguhnya Allah menghiasi Islam dengan budi pekerti mulia dan amal perbuatan yang baik.”

“Beruntunglah bagi siapa yang mengikhlaskan hatinya untuk iman, hatinya dibersihkan, lisannya suka berkata benar, jiwanya tenteram dan akhlaknya lurus.”

“Termasuk kemuliaan iman adalah bila orang-orang merasa aman terhadap darimu: dan termasuk kemuliaan Islam adalah bila engkau tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan tanganmu.” :

“Tidaklah masuk surga orang yang berakhlak buruk.”

“Akhlak yang baik mencairkan dosa-dosa sebagaimana air mencairkan salju: dan akhlak yang buruk merusakkan amal sebagaimana air cuka merusakkan madu.”

“Akhlak yang baik membawa keberkahan: dan akhlak yang buruk membawa kesialan.”

Seorang bijaksana berkata, “Dalam kelapangan akhlak – terdapat perbendaharaan rizki.”

Yang lain berkata, “Barangsiapa buruk akhlaknya, ia pun sempit rizkinya dan menyiksa dirinya. Maka ia selalu hidup bersama masyarakat dalam fitnah dan permusuhan, pertengkaran dan pertikaian, dan bumi yang lapang terasa sempit baginya.”

Penyair berkata:

Demi hidupmu, tidaklah Suatu negeri menjadi sempit karena penduduknya tetapi akhlak manusialah yang membuatnya sempit.

Yang lain berkata:

Jika akhlak suatu kaum tidak meluas maka negeri yang luas pun menjadi sempit bagi mereka.

Penyair Syaugi berkata:

Bangsa-bangsa tetap hidup . selama mereka mempunyai akhlak Jika lenyap akhlak mereka, maka mereka pun binasa.

Seorang penyair lain berkata:

Tidaklah bangunan suatu kaum berdiri apabila jiwa mereka rusak.

Berusahalah sekuat tenaga untuk menghasilkan akhlak yang baik agar engkau bahagia di dunta dan akhirat. Dalam hadits: “Sesungguhnya akhlak ini dari Allah. Maka barangsiapa ingin diberi kebaikan oleh Allah, maka ia pun diberiNya akhlak yang baik. Dan barangsiapa yang ingin diberi keburukan oleh Allah, maka ia pun diberi-Nya akhlak yang buruk.”

Penyair Hafidh Ibrahim berkata:

Jika engkau dikaruniai akhlak terpuji maka berarti

Pembagi rizki telah memilihmu

Manusia ini ada yang mendapat bagian harta, ada yang mendapat ilmu dan ada pula yang berakhlak mulia

Perhatikanlah pendidikan akhlakmu lebih banyak daripada perhatianmu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam hadits: “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah orang alim yang tidak diberi manfaat oleh Allah dengan ilmunya.”

Pemimpin Mesir yang silam Sa’ad Zaghlul Pasya berkata, “Kami tidak membutuhkan banyak ilmu, tetapi kami membutuhkan banyak akhlak yang mulia.”

Apakah artinya manfaat yang diberikan ilmu dan kekayaanmu atau keindahan baju dan wajahmu, Jika buruk “ akhlak dan adabmu?

Al-Mutanabbi berkata:

Bukanlah kebagusan wajah pemuda merupakan kemuliaan baginya Jika kebagusan bukan pada perbuatan dan akhlaknya.

Di’ bil berkata:

Bukanlah kebagusan wajah merupakan kebaikan bagi mereka apabila buruk akhlak mereka

Dengan apa hati orang tua disenangkan oleh anak anak mereka? Apakah dengan banyaknya pengetahuan dan kepandaian dalam menguasai berbagai bahasa disertai akhlak dan kebiasaan yang buruk, menyia-nyiakan shalat serta kewajiban-kewajiban ? Sekali-kali tidak, Sesungguhnya yang paling menyenangkan dan menyejukkan hati mereka adalah bilamana mereka melihat anak-anak mereka berpegang pada agama, taat dan patuh, mengenal Tuhan dan Nabi mereka, mengenal. hak-hak kebapakan dan kemanusiaan dan menunaikan kewajiban-kewajiban mereka terhadap setiap orang. Mereka dapat memberi manfaat bagi diri mereka sebelum: keluarga dan masyarakat mereka, kemudian hati para orang tua merasa gembira melihat anak-anak mereka belajar dan berpendidikan serta memahami urusan-urusan dunia dan agama,

Maka biasakanlah dirimu memiliki akhlak yang baik sejak masa kecilmu agar supaya menjadi watak dan tabiat bagimu pada waktu engkau menginjak dewasa.

Seorang yang bijaksana berkata, “Barangsiapa mempunyai watak tertentu di masa mudanya, ia pun menjadi tua dengan memiliki watak itu. Apabila engkau abaikan dirimu hingga terbiasa berakhlak buruk, maka sulit sekali bagimu menerima pendidikan pada waktu engkau dewasa. Adalah berat melatih orang tua dan adalah sulit mendidik orang yang sudah terbiasa.”

Al-Bushiri rahimahullah berkata:

Nafsu itu bagaikan bayi, Jika kau biarkan ia te tap suka menyusu, dan jika engkau sapih, ja pun akan berhenti

Di sini saya persembahkan kepadamu bagian ketiga dari buku “Bimbingan Akhlak” dengan harapan agar engkau membacanya dengan baik dan berkemauan tulus untuk mengandalkan isinya sebagaimana anda lakukan dengan jilid pertama dan kedua dari buku ini. Dengan demikian, insya Allah akan terdidik akhlakmu, menjadi baik penghidupanmu dan selamatlah engkau dari fitnah zaman dan pembantu-pembantu syaitan serta memperoleh keridhaan Ar-Rahman (Allah Yang Maha Penyayang).

Hanya kepada Allahlah kita meminta pertolongan.

ADAB PADA WAKTU BERJALAN

Sesungguhnya berjalan itu mempunyai adab-adab wahai anak tercinta yang harus engkau amalkan agar engkau selamat dari gangguan dan hidup terhormat di antara masyarakat :

Hendaklah engkau dahulukan kakimu yang kiri pada waktu keluar dari rumah dan engkau ucapkan, “Dengan nama Allah, kepada Allah aku bertawakkal, tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar tidak tersesat atau disesatkan orang, atau tergelincir ataupun digelincirkan orang, atau berbuat aniaya, ataupun dianiaya orang, atau.tidak menghiraukan ataupun tidak dihiraukan orang, atau menganiaya ataupun dianiaya orang.”

Hendaklah engkau berjalan untuk memberi manfaat bagi dirimu atau bagi orang lain dan tidak berjalan untuk berbuat maksiat atau menyakiti seseorang. Karena kakimu, sebagaimana anggota-anggotamu yang lain adalah amanat padamu yang akan bersaksi atas dirimu terhadap amal-amalmu itu pada hari kiamat.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (An-Nuur : 24).

Hendaklah engkau berjalan dengan kecepatan yang sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, sebagaimana perintah Allah Ta’ala kepadamu dengan firmanNya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan” (Luqman : 19).

Nabi SAW. bersabda : “Terlalu cepat berjalan bisa menghilangkan keindahan orang mukmin.”

Dalam suatu riwayat: “Kecantikan wajah.”

Tidaklah mengapa berjalan cepat bilamana hal itu untuk suatu yang penting.

Dalam hadits : “Nabi SAW. mengerjakan shalat Ashar, lalu beliau berjalan cepat memasuki rumahnya.” Maka orang orang merasa takut atas kecepatannya. Kemudian beliau bersabda : “Aku teringat sedikit biji emas yang ada di rumah kami, maka aku tidak ingin benda itu menahanku sehingga aku suruh membagikannya.”

Hendaklah engkau tidak berjalan dengan memakai satu sandal. Dalam hadits: “Janganlah seseorang dari kamu berjalan dalam satu sandal.” Hendaklah ia memakai kedua sandalnya atau melepaskan kedua-duanya, janganlah engkau membenturkan kakimu atau sandalmu ke bumi. Allah Ta’ala berfirman : “Janganlah engkau berjalan dengan sombong di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan suka membanggakan diri” (Luqman : 18). Dalam ayat lain Allah berfirman : “Janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup menembus bumi dan tidak akan mencapai setinggi gunung” (Al-israa’ : 37).

Hendaklah engkau tidak berlenggang ke kanan dan ke kiri. Janganlah mengayunkan kedua tanganmu dengan sombong dan bangga. Dalam -hadits : Nabi SAW. melihat kepada Abi “Dujanah yang berjalan dengan sombong di antara dua pasukan di Uhud. Maka beliau bersabda : “Sesungguhnya berjalan yang Seperti ini-dibenci oleh Allah, kecuali di tempat ini.”

Dalam hadits lain : “Di saat seorang laki-laki sedang berjalan memakai baju yang dibanggakannya sambil menguraikan rambutnya dan berjalan dengan sombong, tiba-tiba Allah membenamkannya sehingga masuk ke dalam bumi hingga han’ kiamat.”

Hendaklah engkau tidak menoleh tanpa keperluan atau bergerak dengan gerakan-gerakan yang tidak pantas, terutama apabila terdapat keserupaan dengan perempuan. Rasulullah SAW. telah melarang orang laki-laki menyerupai perempuan dan orang perempuan menyerupai laki-laki.

Janganlah memandang jendela-jendela dengan sengaja dan juga pintu-pintu atau wajah-wajah dari orang-orang yang berjalan dan berkendaraan, khususnya para wanita yang bukan muhrimnya, karena memandang mereka adalah haram, sebab bisa menanamkan syahwat di dalam hati dan menimbulkan pikiran-pikiran yang buruk, kemudian melakukan maksiat zina yang termasuk dalam dosa-dosa besar. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Allah Ta’ala berfirman : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (An-Nuur : 30).

Janganlah engkau berjalan diantara dua orang perempuan. Disebutkan dalam hadits larangan melakukan itu karena khawatir orang laki-laki menyentuh perempuan yang bukan muhrmnya atau memandang kepadanya.

Apabila engkau melihat sekelompok orang saling bertengkar maka termasuk adab adalah engkau damaikan diantara mereka bila engkau sanggup, demi mengamalkan firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara dua orang saudaramu (yang berselisih)” (Al-Hujuraat : 10).

Dan sabda Rasulullah SAW. : “Maukah kuberitahu kalian tentang sesuatu amal yang lebih baik daripada derajat puasa, shalat dan sedekah ?”.

Para sahabat menjawab, “Ya”. Beliau bersabda : “Memperbaiki hubungan orang-orang sesamamu. Karena kerusakan – hubungan diantara sesamamu itulah yang menjadi pencukur.

Aku tidak mengatakan ia mencukur rambut, tetapi mencukur (membinasakan) agama. Apabila engkau tidak sanggup, maka . Jauhilah mereka dan jangan ikut serta bersama mereka atau menyaksikan mereka.”

Begitu pula jika engkau menjumpai orang-orang yang sedang bergurau atau berbicara dengan pembicaraan yang tidak layak, atau mengganggumu dengan kata-kata mereka. Maka berpalinglah dari mereka dan janganlah memperdulikan mereka, sesuai dengan firman Allah Ta’ala : “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, merekapun berpaling darinya” (Al-Qashash : 55).

“Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (Al-furqan : 63).

Penyair berkata :

Orang bodoh berbicara kepadaku dengan setiap perkataan yang buruk dan aku tidak ingin menjawab la menambah kebodohan dan aku menambah kesabaran Seperti kayu gaharu yang semakin harum bila dibakar

Hendaklah engkau memberi salam kepada orang yang — engkau jumpai, walaupun engkau tidak mengenalnya. Dalam hadits : “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW., “Ajaran Islam manakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Engkau beri makan orang lain dan engkau sampaikan salam kepada siapa yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal,” Hendaklah perjumpaanmu itu disertai dengan senyum.”

Dalam hadits : “Janganlah engkau merendahkan kebaikan sedikitpun walaupun hanya menjumpai saudaramu dengan wajah berseri.”

Dianjurkan pula untuk berjabatan tangan sewaktu bertemu.

Disebutkan dalam hadits : “Tidaklah dua orang muslim bertemu, lalu keduanya berjabatan tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah.” Apabila engkau berjalan dengan orang yang lebih tua darimu, maka tempatkanlah ia disebelah kananmu dan mundurlah sedikit darinya. Jangan menyukai seseorang berjalan di belakangmu dan jangan pula membenci seseorang berjalan di depanmu, karena itu adalah akhlak orang yang sombong.

Hendaklah engkau berjalan disebelah kanan agar selamat dari bahaya kendaraan-kendaraan, dan menjauhi tempat-tempat yang menggelincirkan agar tidak tergelincir, atau tempat yang penuh batu dan kotoran agar tidak tersandung atau menjadi kotor pakaianmu, dan janganlah engkau berjalan di jalanan yang sempit dan kotor walaupun lebih dekat dari tujuanmu. Karena barangkali engkau mencium bau yang busuk disitu atau melihat pemandangan yang buruk. Terkadang manusia penuh sesak disitu sehingga mencegahmu untuk mencapai tujuanmu dengan cepat. Jangan pula berjalan di jalanan yang banyak orang berdesakan. Bilamana terpaksa melakukannya, maka jagalah apa-apa yang engkau miliki dan buku-buku dan uang supaya tidak hilang, dan hindanlah saling tabrakan.

Janganlah engkau berjalan sambil meletakkan kedua tanganmu di pinggangmu karena itu adalah perbuatan orangorang yang sombong dan perbuatan iblis serta perbuatan kaum Yahudi dalam sembahyang mereka. Dalam hadits : “Rasulullah SAW. melarang orang melakukan shalat dengan bertolak pinggang.” Beliau mengkhususkan tentang shalat, karena bertolak pinggang pada waktu shalat lebih buruk daripada lainnya. Janganlah engkau makan atau bernyanyi waktu berjalan, atau mengeraskan suaramu ataupun bersiul atau berdiri di jalanan hanya karena ingin tahu, dan memandang sesuatu yang bukan kepentinganmu atau mengganggu seseorang yang sedang berjalan. Semua itu bertentangan dengan adab pada waktu berjalan. Apabila engkau berjumpa dengan temanmu, maka jangan bergurau dengannya dan jangan menghentikannya kecuali untuk suatu keperluan. Apabila engkau berjumpa dengan seseorang yang lemah , maka tolonglah dia. Apabila engkau bertemu dengan orang yang tersesat, maka bimbinglah dia atau bertemu dengan orang buta, maka tunjukkan jalan kepadanya atau tuntunlah dia ke tempat tujuannya.

Dalam hadits: “Barangsiapa menuntun orang buta 40langkah, wajiblah surga baginya.”

Apabila engkau ingin menyeberang ke sisi lain, maka janganlah terburu-buru. Lihatlah dulu kekanan dan kekiri agar engkau selamat dan bahaya.

Tidak diperbolehkan engkau membuang hajat di tengah jalan sebagaimana dilakukan oleh orang yang tidak beradab sedikitpun dan tidak memperhatikan kesehatan umum. Hal itu telah dilarang. Dalam hadits : “Barangsiapa -mengganggu kaum muslimin di jalan-jalan mereka, maka wajiblah atasnya laknat/kutukan mereka.” Perbuatan itu sangat mengganggu orang-orang yang berjalan. Sebaliknya engkau dianjurkan menyingkirkan gangguan dani jalan. Nabi SAW. bersabda: “Iman ada 70 cabang lebih sedikit Yang paling utama diantaranya adalah perkataan, “Laa Ilahaillallahu,” dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.”

Nabi SAW. bersabda pula: “Kulihat seorang laki-laki yang bebas berbuat semaunya di surga, disebabkan oleh sebatang pohon, yaitu penebangan pohon yang ditebangnya dari tengah jalan, karena mengganggu kaum muslimin.”

Apabila engkau ingin memasuki rumahmu, maka dahulukan kaki kananmu dan baca doa Nabi SAW : “Ya Allah, aku mohon kepadamu sebaik-baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar. Dengan nama Allah kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar dan kepada Allah Tuhan kami, kami bertawakal.”

Kemudian berilah salam kepada keluargamu. Dalam hadits: “Apabila kamu masuk menemui keluargamu, maka berilah salam, niscaya hal itu menimbulkan berkah atas dirimu dan penghuni rumahmu.”

Apabila engkau tidak menemukan seseorang didalamnya, ucapkanlah: “Assalamu’alaina wa’ala ibadillahiis shalihin, “

Artinya: “Salam bagi kita dan hamba-hamba Allah yang shaleh,” sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik” (An-Nur 61).

ADAB PADA WAKTU DUDUK

Seorang anak bisa diketahui apakah ia beradab atau tidak beradab dengan gerak dan diamnya. Maka apabila engkau duduk, haruslah engkau ikuti nasihat-nasihat ini:

Duduklah dengan gaya yang baik, yaitu tegak dan tenang, tidak membengkokkan kepala atau badan dan tidak mengulurkan kedua kakimu, tidak membunyikan jari-jarimu dan tidak bermain atau mengaitkan sebagian jari-jari dengan sebagian lainnya atau menggunting kuku di depan orang-orang. Apabila engkau duduk di atas kursi, maka janganlah meletakkan betis yang satu di atas betis yang lain dan jangan menggerakkan kedua betismu. Apabila engkau ingin memanggil seseorang, maka janganlah menunjuk kepadanya dengan jarimu atau kepalamu,tetapi panggillah dia dengan suaramu yang pelan supaya tidak mengganggu para hadirin. Engkau tidak boleh bergurau yang tidak pantas atau tertawa tanpa suatu sebab atau terlalu banyak bergurau dan tertawa. Dalam tafsir disebutkan bahwa ketika sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum banyak bergurau, turunlah firman Allah Ta’ala: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (Al-Hadiid : 16).

Engkau tidak boleh mengeraskan suaramu pada waktu bicara atau mempergunjingkan seseorang atau memakinya ataupun menyiarkan rahasianya. Nabi SAW. bersabda: “Majers-majelis itu harus disertai amanat.” Janganlah engkau berdusta dalam . pembicaraanmu supaya para hadirin tertawa. Dalam hadits: “Celakalah orang yang menceritakan suatu cerita supaya orang-orang tertawa, padahal ia berdusta. Celakalah dia, celakalah dia.”

Hendaklah engkau memperhatikan suasana majelis. Bilamana majelis gembira, ikutlah bergembira bersama orang orang di majelis itu, dan begitu pula sebaliknya. Janganlah engkau tertawa di hadapan orang-orang dalam majelis duka atau engkau bersedih di hadapan orang-orang dalam majelis gembira. Ini tidak sesuai dengan perasaan. Hendaklah engkau melapangkan tempat bagi siapa yang ingin duduk sesuai – dengag firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu” (Al Mujadilah: 11).

Berlakulah baik terhadap teman dudukmu. Tersenyumlah engkau kepadanya dan dengarkanlah pembicaraannya, serta jangan mengganggunya.

Engkau hormati setiap orang yang berada di majelis, terutama orang yang lebih tua darimu, maka berdirilah untuk menghormatinya dan majukanlah dia dalam majelis serta mundurlah sedikit darinya. Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi SAW. berkata kepada kaum Anshor radhiyallahu ‘anhum: “Berdirilah untuk menghormati pemimpinmu”, yakni Sa’ad bin Mu’adz r.a. Datang seorang tua ingin menemui Nabi SAW. orang-orang berbuat lamban dalam melapangkan tempat baginya. Maka Nabi SAW. bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami barangsiapa yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua.”

Apabila engkau masuk dalam suatu majelis, maka berilah salam kepada para hadirin dan jabatlah tangan mereka, serta mulailah dengan orang yang di sebelah kanan. Apabila engkau ingin keluar, berilah salam lagi. Nabi SAW. bersabda: “

Apabila seseorang dari kamu masuk ke dalam majelis, berilah salam. Apabila ia ingin berdiri, berilah salam. Tidaklah salam pertama lebih utama daripada yang terakhir.”

Janganlah engkau menyuruh seseorang berdiri dari tempatnya, karena perbuatan itu haram. Dalam hadits: “janganlah seseorang dari kamu menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di situ, tetapi lapangkanlah tempatmu.”

Apabila seseorang berdiri dari tempatnya, lalu engkau duduk di situ, kemudian ia ingin kembali ke situ, maka janganlah melarangnya. Ia lebih berhak atas tempat duduknya yang . pertama.

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu berdiri dari suatu majelis, kemudian ja kembali ke situ, maka Ia lebih berhak atasnya.”

Dan janganlah engkau memisahkan antara dua orang, kecuali dengan izin mereka berdua. Apabila engkau memasuki suatu majelis yang penuh dengan para hadirin, janganlah mengganggu mereka dengan mendesak mereka, kecuali jika engkau temukan tempat yang lapang, maka duduklah di situ. Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu masuk dalam Suatu majelis, lalu dilapangkan tempat baginya, maka duduklah di situ. Kalau tidak, handaklah ia melihat ke tempat yang terluas baginya.”

Dan janganlah engkau duduk ditengah-tenaah lingkaran majelis. Dalam hadits: “Orang yang duduk di tengah lingkaran majelis itu terkutuk.” Sebabnya ialah karena jika ia duduk di tengahnya, maka ia pun membelakangi sebagian mereka dengan punggungnya sehingga mengganggu mereka, lalu mereka memaki dan melaknatnya.

Berusahalah duduk menurut kemampuanmu dengan menghadap kiblat. Dalam hadits: “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat” Hendaklah engkau datangi majelis majelis kebaikan yang berfaedah bagimu mengenai un.dan urusan agamamu atau duniamu dan engkau jauhi majelis majelis keburukan atau majelis-majelis omong kosong yang tidak disebut nama Allah di dalamnya. Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah suatu kaum berdiri dari suatu majelis tanpa menyebut nama Allah Ta’aladidalamnya melainkan mereka seperti meninggalkan bangkai keledai dan majelis itu menimbulkan penyesalan bagi mereka di hari kiamat.” Hendaklah engkau jauhi majelis-majelis di mana terdapat perbuatan-perbuatan mungkar seperti bermain judi, atau menyediakan khamar (minuman keras). Dalam hadits: “Nabi SAW. melarang duduk menghadapi jamuan di mana orang minum khamar.”

Apabila engkau tidak menemukan teman duduk yang shalih, hendaklah engkau tinggal sendirian, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.:

“Tinggal sendirian lebih baik daripada teman duduk yang jahat dan teman duduk yang shalih lebih baik daripada tinggal sendirian.”

Janganlah engkau masuk suatu majelis rahasia sedangkan engkau tidak diundang agar penghuninya tidak marah kepadamu, karena engkau memata-matai rahasia mereka.

Dalam hadits: “Barangsiapa mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedang mereka tidak menyukainya, dituangkan ke dalam kedua telinganya timah panas pada hari kiamat.”

Hendaklah engkau duduk di-tempat yang terdekat . darimu dan jangan memaksakan duduk di tengah-tengah majelis. Nabi SAW. tidak dikenali tempat duduknya di antara para sahabatnya, karena beliau duduk di mana majelis itu berakhir dan begitu pula cara sahabat-sahabatnya duduk. Apabila engkau duduk dalam suatu masjid, berniatlah melakukan iktikaf untuk memperoleh pahala, dan amalkan adab di dalamnya. Janganlah engkau bermain atau berteriak atau mengganggu seseorang yang sedang shalat. Sibukkan dirimu dengan membaca Al-Qur’a atau berdzikirlah atau ucapkan shalawat Nabi SAW.

Janganlah engkau berbicara tentang urusan-urusan duniawi di situ, lebih-lebih pula tentang hal-hal yang diharamkan.

Dalam hadits: “Akan terjadi di akhir zaman suatu kaum yang pembicaraan mereka di masjid-masjid mereka, Allah tidak butuh pada mereka.” Dalam hadits lain: “Pembicaraan di dalam masjid memakan pahala amal kebaikan seperti hewan memakan rumput.”

Janganlah engkau melangkahi pundak orang-orang, kecewa ‘ bila engkau dapati tempat kosong di baris depan.

Dalam hadits: “Barangsiapa melangkahi pundak orang-orang pada hari Jum’at, ia telah membuat jembatan ke Jahannam.”

Para ulama berkata, “Sesungguhnya pengharaman melangkahi pundak bersifat umum dalam seluruh majelis, karena hal Itu mengganggu orang-orang yang duduk dan merendahkan mereka.”

Hindarilah kebiasaan-kebiasaan buruk pada waktu engkau duduk. Janganlah memasukkan jarimu ke dalam telingamu atau hidung ataupun mulutmu. Jangan mengeluarkan sisa makanan di antara gigi-gigimu, jangan: membuang ingus dengan tanganmu, tetapi dengan sapu tangan yang bersih dengan menyembunyikannya serta tidak mengeraskan suara. Apabila engkau batuk, letakkan sapu tanganmu pada mulutmu agar ludahmu tidak bertebaran. Apabila engkau ingin menguap, cegahlah menurut kemampuanmu dengan meletakkan tanganmu yang kiri di atas mulutmu atau menutup kedua bibirmu.

Bila engkau tidak berdaya, tutuplah mulutmu dengan belakang telapak tanganmu yang kiri dan jangan menimbulkan suara.

Nabi SAW. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu menguap, maka hendaklah ia meletakkan tangannya diatas mulutnya, karena syaitan masuk pada waktu ia menguap.”

Dalam hadits lain: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia mencegahnya sedapat mungkin dan jangan mengucapkan, “Hah, hah”, karena ucapan itu berasal dari syaitan yang menertawainya.”

.Para ulama berkata, “Karena bersin menunjukkan kegesitan dan kegiatan badan, sedangkan menguap itu biasanya menunjukkan badan yang berat dan perut penuh sehingga menimbulkan kemalasan. Nabi SAW. mengaitkannya dengan syaitan, karena ia menyenangkan syaitan.”

Apabila engkau bersendawa (mengeluarkan bunyi dan udara dari kerongkongan sehabis makan kenyang) atau bersin, letakkan tanganmu atau sapu tanganmu di atas mulutmu agar supaya ludahmu tidak bertebaran atau mengganggu seseorang dengan sendawamu dan jangan mengeraskan suaramu.

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu besendawa atau bersin, maka janganlah mengeraskan suaranya, karena syaitan suka suara yang keras dari keduanya.”

Apabila engkau bersin, maka pujilah Allah.

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu bersin, maka ucapkanlah, “Alhamdulillah” dan hendaklah saudaranya atau temannya mengucapkan, “Yarhamukallahu” (semoga Allah merahmatimu).”

Dan apabila ia berkata kepadanya, “Yarhamukallahu'”, maka hendakiah ia mengucapkan, “Yahdiikumullahu wa yushlihu baalakum” (Semoga Allah memberi petunjuk bagimu dan membaikkan hatimu).

Apabila anak yang belum baligh bersin di dekatmu, lalu ia mengucapkan, “Alhamdu lillahirobbil’aalamiin” ( Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam), maka ucapkanlah, “Baarokallahu fiika, ya ghulaam” (Semoga Allah memberkatimu, hai anak). Demikianlah yang tersebut dalam salah satu hadits.

Janganlah kamu duduk di jalanan. Nabi SAW. telah melarang kita melakukannya. Bilamana kita terpaksa duduk di situ, maka berilah jalanan itu haknya, yaitu sebagaimana dalam hadits: “Menjaga pandangan (dari yang terlarang), menyingkirkan gangguan, menjawab salam, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran.” Apabila engkau bangun dari tempat dudukmu, bacalah do’a yang dinwayatkan dari Nabi SAW., yaitu : “Subhanaaka Allahumma wa bihamdika Asyhadu an laa ilaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika” (Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala puji bagiMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu). Barangsiapa mengucapkan itu, diampunilah dosanya apa yang terdapat di majelis itu.

MACAM MACAM ADAB PERCAKAPAN

1, Wahai anak tercinta Apabila engkau ingin berbicara pertama kali engkau harus menimbang pembicaraanmu di dalam hatimu.Jika pembicaraan itu pantas, maka ucapkanlah. Kalau tidak, maka diamlah agar engkau selamat dari cacat cacat lisan yang besar. Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah ia mengucapkan suatu perkataan melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf : 18).

Dalam hadits: “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak jelas dan terang maka dapat menggelincirkannya ke neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.”

Dalam hadits juga: “Cobaan/ijian Itu tergantung pada ucapan.” Andaikata ada seorang laki-laki mencela seorang lainnya bahwa ia menyusui anjing, niscaya ia pun menyusuinya. Dalam hadits lain: “Bukankah manusia yang terjerumus dengan muka mereka ke dalam neraka itu hanyalah korban-korban hasil dani lisan mereka.”

Dalam hadits juga: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah sa diam.”

Penyair berkata:

Timbanglah perkataanmu jika engkau berbicara karena ucapan itu menampakkan aib dari keaiban si pembicara

Berbicaralah seperlunya agar tidak terlalu banyak bicara.

Dalam hadits: “Barangsiapa banyak bicaranya, ia pun banyak kesalahannya. Dan siapa banyak kesalahannya, ia pun banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya, api neraka akan menimpanya.”

Janganlah engkau berbicara dengan semua yang engkau dengar. Dalam hadits: “Cukuplah dosa bagi seseorang bila ia menceritakan semua yang didengarnya.”

Bicarakanlah hal-hal sesuai dengan suasananya. Janganlah mencentakan hal-hal yang menertawakan pada waktu duka dan jangan pula menceritakan hal-hal yang menyedihkan pada waktu gembira. Jangan menyebutkan hal hal yang menjijikkan pada waktu makan dan jangan menerangkan adanya cacat badaniah apabila di dalam majelis ada orang yang menyandang aib itu agar ia tidak merasa malu atau tersinggung perasaannya. Perhatikanlah pada waktu berbicara agar jangan sampai keluar air liunmu atau bertebaran ludah dan mulutmu. Janganlah sering menunjuk dengan kepala atau tanganmu.

Apabila engkau ditanya tentang sesuatu, maka jawablah dengan ucapan, bukan dengan menggerakkan kepala atau kedua bahu.

Apabila orang lain ditanya, janganlah tergesa-gesa dalam menjawab. Berbicaralah dengan suara sedang agar bisa di. dengar oleh yang diajak bicara, karena suara yang sangat keras mengganggu pendengar dan menunjukkan kekasaran pembicara dan kedunguannya, sedangkan suara yang rendah tidak terdengar oleh orang yang diajak bicara. Jangan terburu-buru pada waktu engkau berbicara agar menjadi jelas dan bisa di mengerti, dan supaya engkau selamat dari pada kesalahan. Adalah Nabi SAW. berbicara dengan perkataan yang jelas dan di mengerti oleh setiap orang yang mendengarnya. Jangan memonopoli (menguasai) pembicaraan semuanya untuk dirimu, tetapi berilah teman dudukmu bagiannya dari pembicaraan itu.

Apabila seseorang berbicara kepadamu, maka dengarkanlah apa yang dikatakannya dan hadapkan wajahmu kepadanya. Jangan memutuskan pembicaraannya. tetapi tunggulah. hingga ia selesai bicara. Apabila engkau tidak memahami perkataannya, janganlah engkau katakan: “Bagaimana?” “Apa yang anda katakan?” “Aku tidak paham Omonganmu!” akan tetapi gunakanlah ungkapan-ungkapan yang halus seperti, “Tolong ulangi perkataanmu.”

Apabila engkau berbicara dengan seseorang sedang ia tidak memahami pembicaraanmu, janganlah marah. Ulangilah perkataanmu kedua dan ketiga hingga ia memahaminya. Adalah Nabi SAW. apabila mengucapkan suatu perkataan, beliau mengulanginya tiga kali hingga di mengerti. Apabila engkau meminta sesuatu dari seseorang, janganlah engkau katakan, “Lakukan begini” dan “berikan ini, “karena ucapan itu termasuk kata-kata yang kasar. Akan tetapi katakanlah, “Tolong, lakukan ini,” atau “Aku minta tolong agar engkau sediakan itu.” Apabila seseorang memanggilmu, terutama gurumu atau salah seorang dari ibu bapakmu, maka jawablah segera dengan perkataan, “Labbaik/Ya.”

Dalam hadits: Tidaklah seseorang lebih baik akhlaknya daripada Rasulullah SAW. tidaklah salah seorang sahabatnya memanggilnya, melainkan beliau menjawab, “Labbaik.”

Janganiah engkau katakan, “Mau apa kamu?” Karena perkataan itu termasuk kata-kata kasar.

Jika di dalam majelis ada seseorang yang lebih tua darimu maka janganlah mendahuluinya dalam bicara. Nabi SAW. telah berkata kepada Abdurrahmanbin Sahir.a., “Diamlah, engkau belum dewasa” ketika ia ingin berbicara tentang sesuatu masalah, padahal ia orang termuda.

Apabila engkau berbicara dengannya, gunakanlah kata-kata pengagungan dan penghormatan seperti: Antum, hadrotukum atau janabukum (anda, bapak dan sebagainya). Ketahuilah bahwa penghormatan kepada orang tua memberi kabar gembira tentang panjangnya umur anak muda.

Sebagaimana dalam hadits: “Tidaklah seorang muda menghormati seseorang karena umurnya, melainkan Allah menakdirkan baginya orang yang menghormatinya dikala ia mencapai umur itu.”

Apabila seseorang menceritakan sebuah cerita kepadamu atau mengabarimu tentang suatu kabar, janganlah menghancurkan perasaannya dengan perkataanmu, “Aku telah mendengar cerita atau berita ini,” tetapi diamlah seakan-akan engkau tidak mendengar itu sebelumnya.

Begitu pula jika ia keliru dalam cerita atau beritanya, janganlah menertawakannya dan jangan pula menyalahkannya dengan kasar. Misalnya engkau katakan kepadanya, “Perkataanmu tidak benar.” Akan tetapi tunjukkan kesalahannya secara halus dengan berkata, “Barangkali begini, menurut perkiraanku begini.” Jika ia tidak menerima peringatanmu, biarkan ia dalam keadaannya.

Janganlah engkau bertengkar dengannya, walaupun kebenaran ada padamu. Dalam hadits: “Barangsiapa meninggalkan perdebatan sedang ia bersalah, didirikan baginya sebuah rumah di tepian surga.”

“Dan barangsiapa meninggalkan perdebatan, sedang ia bersikapbenar, didirikan baginya sebuahrumah disurga tertinggi.” Dalam hadits lain: “Janganlah mendebat saudaramu dan jangan bergurau dengannya.”

“janganlah menjanjikan sesuatu kepadanya, lalu engkau mengingkarinya.” Jika engkau bersalah, lalu diingatkan oleh seseorang, maka terimalah peringatannya dengan gembira dan berterima kasihlah kepadanya atas nasihatnya. Jangan sampai engkau tidak menerima kebenaran, karena hal itu termasuk kesombongan.

Dalam hadits: “Kesombongan itu adalah keengganan menerima kebenaran.”

Termasuk adab percakapan pula adalah, engkau hindari kata-kata yang keji, caci maki dan pelaknatan.

Dalam hadits: “Bukanlah seorang mukmin itu suka mencaci dan melaknat, berkata keji dan kotor.”

Hendaklah engkau hindari ghibah (pergunjingan) dusta dan mengadu domba.

Allah Ta’ala berfirman : “Janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian lainnya, Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (Al-Hujuraat : 12).

Dalam hadits: “Adalah pengkhianatan yang besar bila engkau menceritakan sesuatu kepada saudaramu yang menaruh kepercayaan kepadamu sedang engkau berdusta kepadanya.” Dalam hadits lain: “Tidaklah masuk surga seorang yang suka mengadu domba.”

Hendaklah engkau tinggalkan sumpah, walaupun engkau benar, Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah sebagai sasaran bagi sumpah-sumpahmu” (al-Baqarah : 224).

Janganlah engkau bicara dengan kebodohan. Apabila engkau ditanya tentang sesuatu yang tidak engkau ketahui, janganlah engkau malu berkata, “Allah lebih tahu,” atau “Aku tidak tahu.” Jawaban tersebut tidak menurunkan derajatmu, bahkan mengangkat kedudukanmu di sisi Allah dan manusia dan menunjukkan kekuatan agamamu serta kesucian hatimu sehingga engkau mendapat pahala ilmu. Oleh sebab itu Asy Sya’bi rahimahullah berkata, “Saya tidak tahu” adalah separuh ilmu.

Hendaklah engkau berhati-hati pula dalam pembicaraanmu dan menyiarkan rahasia dan bergurau yang tidak pantas, karena hal itu menimbulkan dendam, dan dan banyak tertawa atau tertawa yang keras serta wajah cemberut Rasulullah SAW. bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci orang yang cemberut dihadapan saudara-saudaranya.”

Janganlah bersikap sombong. angkuh dan suka membanggakan diri.

Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu mengatakan -: dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (An-Najm : 32).

Janganlah kamu mengejek seseorang atau menirukan perkataan dan perbuatannya atau menyindir sesuatu aibnya atau mencelanya dengan julukannya.

Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka(yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan)lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganiah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (Al-Hujuraat : 11).

Apabila seorang yang bodoh mengganggumu dengan pembicaraan maka janganlah menjawabnya.

Penyair berkata:

Jika orang bodoh bicara, jangan menjawabnya lebih baik diam daripada menjawab Aku diamkan orang bodoh hingga ia menyangka aku tak mampu menjawab, padahal aku tetap mampu

ADAB MAKAN SENDIRIAN

Wahai anak tercinta ! Ketahuilah bahwa manusia yang berakal makan untuk hidup, karena makan itu diwajibkan untuk kesehatan badannya. Apabila ia tidak makan, maka pastilah ia mati. Kebalikannya adalah orang bodoh. Ia hidup untuk makan. Maka pikirannya hanya untuk perutnya saja seperti hewan. Maka kamu harus memperhatikan kesederhanaan (tidak berebih-lebihan) pada waktu makan untuk mematuhi firman Allah azza wajalla : “Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Al A’Raaf: 31).

Hendaklah kamu amalkan adab pada waktu makan, yaitu :

Hendaklah kamu berniat untuk menjadi kuat dalam melakukan ketaatan dan ibadah untuk mendapatkan pahala atas hal itu. Dalam hadits : “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya dan setiap.orang mendapat hasil Sesuai dengan yang diniatkannya.”

Janganlah kamu hanya bertujuan mencari kenikmatan dan kelezatan sehingga kamu makan: di setiap waktu, dan memasukkan makanan di atas makanan. Dalam hadits: “SeSungguhnya termasuk berlebih-lebihan adalah bila kamu makan segala yang kamu sukai.”

Akan tetapi makanlah pada waktu-waktu tertentu di saat kamu menginginkan makanan. Puaslah dengan makanan yang ada dan janganlah menanyakan yang tidak ada. Janganlah makan sampai kenyang sekali, tetapi berhentilah makan di saat kamu masih menyukainya, karena terlalu kenyang bisa membahayakan kesehatan dan menimbulkan sifat bebal (bodoh).

Nabi SAW. telah melarang hal itu dengan sabdanya: “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang menegakkan Sulbinya (Tulang punggung). Jika ia harus melakukannya, maka yang sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk napasnya.”

Nabi SAW. bersabda pula: “Seburuk-buruk umatku ialah mereka yang makan-makanan yang nikmat dan tubuh-tubuh mereka tumbuh karenanya, sedangkan keinginan mereka hanyalah berbagai makanan dan pakaian dan mereka berbicara yang tidak keruan.”

Nabi SAW, bersabda: “Hindarilah kekenyangan yang berlebihan, karena ia merusak agama, menyebabkan penyakit dan membuat malas beribadah.”

Hendaklah kamu menjaga kebersihan dengan mencuci kedua telapak tanganmu sebelum makan dan sesudahnya.

Dalam hadits: “Mencuci kedua telapak tangan sebelum makan menolak kemiskinan, dan sesudahnya menolak kegilaan atau sejenisnya.”

Hendaklah kamu makan dengan tanganmu yang Kanan. Dalam hadits: “Hendaklah seseorang dari kamu makan dengan tangan kanannya, minum dengan tangan kanannya, mengambil dengan tangan kanannya dan memberi dengan tangan kanannya, karena syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya, memberi dengan tangan kirinya dan mengambil dengan tangan kirinya.”

Hendaklah kamu ucapkan pertama kali: “Bismillahirrahmanirrahim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang).”

Dalam hadits “Apabila seseorang dari kamu makan, hendaklah ia menyebut nama Allah. Jika ia lupa pada awalnya, hendaklah ia mengucapkan :”Bismillahi awwalahu wa akhirahu” (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” Janganlah kamu mengotori tangan dan bajumu dengan makanan, dan jangan menumpahkan kuah atau meletakkan tulang-tulang di atas soprah. Jangan banyak minum ketika sedang makan, karena hal itu mencegah pencernaan makanan, janganlah engkau meniup pada makanan dan minuman. Dalam hadits : “Menghembus dalam makanan menghilangkan barokah.” Terdapat pula larangan menghembus dalam minuman.

Janganlah kamu minum dari mulut kendi, karena ia menimbulkan bau busuk atau barangkali di dalamnya terdapat kotoran atau hewan yang tidak kamu lihat. Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki minum dari kendi, lalu merayap seekor ulat yang masuk ke dalam perutnya.

Jangan pula kamu bernapas atau bersendawa di dalam gelas atau minum dari bagian gelas yang retak, Perbuatan itu dilarang. Dalam hadits disebutkan: bahwa ia adalah tempat duduk syaitan.

Janganlah kamu makan atau minum sambil berdiri. Perbuatan itu juga dilarang. Dalam hadits : “Janganlah kamu makan sambil berjalan.”

Para dokter telah melarang perbuatan itu, karena perut besar (tempat pencernaan) tidak siap untuk menerima makanan dalam keadaan berjalan. Ya, para dokter menyuruh bergerak sesudah makanan menetap di dalam perut. Orang Arab berkata, “Makanlah pada waktu siang dan istirahatlah, makanlah pada waktu malam dan berjalanlah. Maka berjalanlah sebelum kamu tidur, walaupun seratus langkah, karena berjalan adalah salah satu sebab terbesar yang memudahkan pencernaan, sedangkan waktu malam kebiasaannya tenang haruslah kita bergerak pada waktu itu. Waktu siang kebiasaannya bergerak, maka ia pun cukup untuk pencemaan.”

Janganlah kamu tinggalkan makan siang atau makan malam.

Dalam hadits: “Meninggalkanmakan siangbisa menyebabkan sakit dan meninggalkan makan malam bisa menyebabkan lekas tua.”

Dalam hadits lain: “Makanlah pada waktu malam, walaupun dengan segenggam kurma.” Hendaklah kamu makan pada waktu pagi sebelum kamu keluar dari rumahmu. (Seorang bijaksana berkata kepada putranya, “Hai anakku, janganlah keluar dari rumahmu hingga kamu ambil akalmu, yakni kamu makan lebih dulu, karena dengan itu tetaplah akalmu dan hilanglah kebodohan.”)

5 Termasuk adab ialah : janganlah kamu minum atau berbicara sementara makanan berada di mulutmu dan janganlah kamu mengusap kedua bibirmu dengan lidahmu sesudah makan dan minum, tetapi dengan kain pembersih (serbet). Janganlah minum air sekaligus tanpa bernapas, tetapi kamu meminumnya sekali teguk dan bernapas di luar gelas. Dalai hadits: “Teguklah air dengan kuat dan jangan menegukny:. sekaligus (tanpa bernapas), karena penyakit hati itu disebabkan oleh tegukan sekaligus.” Adalah Rasulullah SAW. apabila minum di dalam gelas, beliau bernapas tiga kali. Dalam setiap napas beliau memuji Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya pada akhirnya. Janganlah kamu makan sambil tertelungkup di atas perutmu. Disebutkan dalam hadits larangan atas perbuatan itu. Janganlah kamu makan sambil terlentang, bersandar diatas bantal, karena hal itu menimbulkan sifat sombong dan banyak makan, sedangkan hal itu merupakan perbuatan penguasa yang sombong. Janganlah kamu makan sambil bersandar diatas salah satu sisi badanmu, karena hal itu membahayakan kesehatan dan mencegah cepatnya jalan keluar makanan ke dalam perut besar sehingga menjadi lemah. Dalam hadits : “Adalah Rasulullah SAW. terkadang berlutut untuk makan dan duduk di atas belakang kedua telapak kakinya. Terkadang beliau menegakkan kakinya yang kanan dan duduk di atas kakinya yang kiri.” Beliau bersabda : “Aku tidak makan sambil bersandar, tetapi aku seorang hamba, aku makan sebagaimana hamba makan dan aku duduk sebagaimana hamba duduk.”

Janganlah kamu makan makanan dalam keadaan panas, tetapi sabarlah sampai dingin sedikit dan mudah mengambilnya. Dalam hadits : “Janganlah kamu makan makanan yang panas, karena ia menghilangkan barokah.” Hendaklah kamu mengecilkan suapan dan mengunyah makanan itu dengan baik, karena ia membantu pencernaan. Janganlah kamu mengambil suapan yang lain sebelum menelan makanan di mulutmu, karena hal itu menunjukkan kerakusan terhadap makanan.

Apabila kamu selesai makan, cucilah kedua tanganmu dan kedua bibirmu baik-baik dengan sabun, kemudian keringkanlah keduanya dengan kain pembersih (serbet) yang bersih dari salah satu sisinya, kemudian bersihkan sela-sela gigimu dengan tusuk gigi. Dalam hadits: “Semoga Allah merahmati orang-orang dari umatku yang membersihkan sela-sela anggota badannya pada waktu berwudhu dan setelah makan.” Berkumurlah sesudah membersihkan sela-sela gigi. Barangkali keluar sedikit darah sehingga menajiskan mulut. Tentang hal itu terdapat atsar/disebutkan dari ahlil bait alaihimus salam (5 keluarga Nabi SAW.).

Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitab Al-lhya’: “Syukurilah nikmat Allah Ta’ala dengan hatimu atas makanan yang diberikan Allah kepadamu dan saksikanlah makanan sebagai kenikmatan dari-Nya.”

Allah Ta’ala berfirman : “Makanlah dari rizki yang diberikan Allah kepadamu secara halal dan baik dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu benar-benar menyembah-Nya.” (An-Nahl : 114).

Dalam hadits : “Sesungguhnya Allah meridhai hamba yang memakan makanan, lalu ia memuji-Nya atas makanan itu dan minum minuman lalu memuji-Nya atas minuman itu.” Bersyukurlah dengan lisanmu pula dengan mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang memberi aku makanan ini dan menganugerahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan danku.” Dalam hadits : “Barangsiapa mengucapkan itu, diampunilah dosanya yang terdahulu.” :

Ucapkanlah pula, “Segala puji bagi Allah berupa pujian yang banyak dan baik serta diberkati tidak terbatas dan tidak berhenti serta selalu dibutuhkan. Ya Allah, berkatilah kami di dalamnya dan benlah kami makanan yang lebih baik darinya.”

Kecuali sesudah minum susu, maka ucapkanlah, “Berkatilah kami di dalamnya dan tambahilah kami darinya.”

Karena tidak ada sesuatu makanan dan minuman yang mencukupi selain susu. Setelah minum air, ucapkanlah, “Segala puji bagi Allah yang menjadikannya tawar dan segar dengan rahmat-Nya dan tidak menjadikannya asin sekah sampai pahit karena dosa-dosa kita.”

Bacalah pula sesudah makan, “Qulhuwallahu ahad” (Surat Al Ikhlas) dan “Li Ilafi Quraisyin” (Surat Quraisy)

ADAB MAKAN BERSAMA SEKELOMPOK ORANG

Disunnahkan bagimu untuk tidak menyendiri ketika makan. Makanlah bersama keluarga atau tamu-tamumu.

Dalam hadits: “Adalah Rasululah SAW. tidak makan sendirian. “

Dalam hadits pula : “Berkumpullah kamu untuk makan makananmu, niscaya kamu diberkati di dalamnya.”

“Sebaik-baik makanan adalah yang banyak orang memakannya.”

Apabila kamu makan bersama orang lain, maka amalkanlah adab-adab berikut di samping adab-adab yang lalu :

Janganlah cepat-cepat duduk atau memulai makan sebelum orang yang lebih tua (umurnya) daripada kamu atau lebih tinggi kedudukannya: darimu, kecuali jika kamu merupakan orang yang diikuti dan diteladani seperti engkau menjadi tuan rumah. Maka patutlah kamu mulai makan agar para hadirin tidak lama menunggu. Jangan kamu duduk lama menghadap hidangan sehingga menjadi orang terakhir yang berdiri dari situ dan nampak sebagai orang yang rakus dan serakah.

Kecuali jika kamu adalah tuan rumah, maka dianjurkan hal Itu bagimu. Dalam hadits : “Adalah Nabi SAW. apabila makan bersama orang banyak, beliau menjadi orang terakhir yang makan.” Jangan terburu-buru berdiri atau berhentu makan, walaupun kamu tetap menghadapi hidangan sehingga tetanggamu merasa malu dan berhenti makan karena menirumu. Dalam hadits: “Apabila diletakkan hidangan, maka janganlah Seseorang berdiri, walaupun ia sudah kenyang, sampai orangorang selesai. Karena hal itu membuat malu teman duduknya dan barangkali ia menghendaki makanan itu.”

Hendaklah kamu memilih tempat yang cocok denganmu di dalam majelis, lalu duduk disitu dengan sopan dan tidak mempermainkan alat-alat makan. Jangan sering menoleh dan bergerak dan jangan mendesak orang disampingmu. Termasuk adab adalah mengkt.ususkan pemberian salam dan bertanya kepada orang yang duduk di dekatmu tentang keadaannya. Hal itu dimaksudkan untuk menimbulkan kegembiraan padanya dan menolak kesepian serta menghilangkan kemurungan hatinya.

Termasuk adab adalah bila kamu tidak duduk menghadap pintu kamar wanita dan tidak memandang dengan sengaja kepada macam-macam makanan serta wajah-wajah dari orang-orang yang makan.

Janganlah mengulurkan tanganmu ke arah makanan yang jauh darimu, tetapi makanlah makanan yang dekat darimu, kecuali buah-buahan. Maka tidaklah mengapa kamu mengambil buah yang kamu sukai.

Dalam hadits : “Adalah Nabi SAW. setelah makan mengeHlingkan buah-buahan kepada para sahabatnya. Ada orang yang bertanya kepadanya tentang hal itu. Maka beliau menjawab: Ia bukan satu macam.”

Makanlah sebiji demi sebiy dan jangan makan dua biji sekaligus.

Dalam hadits hal itu dilarang, kecuali dengan seizin temanmu. Janganlah membawa makanan yang di depan temanmu ke depanmu dan jangan memonopoli (menguasai) makanan tanpa memberi temanmu Apabila engkau makan pisang misalnya, jangan letakkan kulitnya di depan orang lain sehingga menimbulkan sangkaan bahwa engkau tidak makan apa-apa. Ini merupakan dusta. Janganlah melemparkan kulitnya di jalanan supaya tidak menyebabkan orang lain tergelincir dan jangan menimbulkan suara ketika mengunyah, terutama bila engkau menyukai suatu makanan, karena hal itu menunjukkan keserakahan.

Apabila engkau hendak meludah atau membuang ingus, maka menyingkirlah dari majelis dan jangan mengeluarkan suara yang keras ketika meludah atau membuang ingus.

Hendaklah engkau berbicara dengan pembicaraan yang sesuai dengan suasana.

Sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi SAW. menanyakan kuah kepada keluarganya. Maka mereka menjawab, “Kami hanya punya cuka.”

Maka beliau memintanya dan tetap memakannya seraya berkata, “Sebaik-baik kuah adalah cuka, sebaik-baik kuah adalah cuka.”

Janganlah engkau menyebut sesuatu yang menjijikkan atau menceritakan kabar yang menyedihkan, karena hal itu tidak sesuai dengan adab.

Jangan pula engkau makan di piring dari sebelah atasnya atau dari tengah makanan. Dalam hadits : “Makanlah dipiring dari sisi-sisinya dan jangan makan dari tengahnya, karena barokah itu turun di tengahnya.”

Termasuk adab pula adalah jangan menyentuh sesuatu makanan dengan tanganmu, tetapi dengan sendok. Kecuali jika makan bersama-sama terdapat dalam satu piring besar, maka tidaklah mengapa melakukan itu. Akan tetapi makanlah dari tempat yang ada di depanmu dan jangan mengibaskan tanganmu di dalam piring dan jangan mendahulukan kepalamu ketika meletakkan suapan di dalam mulutmu.

Apabila engkau keluarkan sesuatu dari mulutmu, maka paling. kan wajahmu dari makanan dan ambillah dengan tangan kirimu. Roti yang engkau patahkan dengan gigimu, janganlah engkau celupkan sisanya di dalam kuah. Begitu pula jika engkau mengambil sesuatu makanan, lalu engkau letakkan di dalam piring atau mulutmu, maka janganlah mengembalikannya sekali lagi ke tempatnya agar orang lain tidak merasa jijik.

Jangan bersendawa di hadapan seseorang, tetapi palingkan wajahmu darinya dan besendawalah dengan pelan.

Jangan mencium makanan dengan hidungmu. Nabi SAW. telah melarangnya dengan sabdanya : “Janganlah kamu menCium makanan seperti hewan buas.”

Apabila seseorang menawarkan makanan kepadamu sedang engkau tidak menyukainya, maka jangan tunjukkan ketidaksukaanmu terhadapnya dan mencelanya atau mengucapkan, “Aku tidak menyukainya.” Akan tetapi beralasanlah kepadanya dengan ungkapan yang halus seraya berkata, “Aku harap andamemaafkanku.” Atau, “Terima kasih” dan sebagainya. Telah dikemukakan bahwa Nabi SAW. tidak pemah mencela makanan sama sekali. :

Dalam hadits: “Orang-orang menghidangkan biawak panggang kepada Rasulullah SAW. lalubeliaumengulurkan tangannya kepadanya.”

Maka orang-orang berkata, “ja adalah biawak, ya Rasulullah. Kemudian beliau mengangkat tangannya.” Maka Khalid ibnul Walid r.a. berkata, ‘apakah biawak itu haram, ya Rasulullah? Beliau menjawab, “”tidak,’ tetapi ia tidak terdapat di negeri kaumku sehingga engkau mendapatkan aku meninggalkannya.”

Apabila engkau mencuci kedua tanganmu, maka janganlah mengibaskannya sesudah mencucinya agar percikannya tidak mengenai salah seorang yang hadir. Apabila engkau makan di tempat seseorang, do’akaniah dia setelah selesai makan dan ucapkanlah, “Ya Allah, perbanyaklah kebaikannya, berkatilah dia dalam rezeki yang Engkau karuniakan kepadanya dan mudahkan baginya untuk melakukan kebaikan dengan rezeki itu, puaskanlah dia dengan apa yang Engkau berikan kepadanya dan jadikanlah kami serta dia sebagai orang-orang yang bersyukur.”

Dalam hadits: “Nabi SAW. berbuka puasa di rumah Sa’ad bin Ubadah r.a. kemudian beliau berdo’a dan mengucapkan: orang-orang yang puasa berbuka di tempatmu dan makananmu dimakan oleh orang-orang yang shalih dan para malikat mendo’akan kamu sekalian.”

Nabi SAW. makan di rumah Abdullah bin Busr r.a. kemudian beliauberkata, “Ya Allah, berkatilah mereka dalamrezeki yang Engkau berikan kepada mereka dan ampunilah serta rahmatilah mereka.”

Apabila engkau menghadiri jamuan makan, maka janganlah mengambil sesuatu makanan ke rumahmu. Itulah yang dinamakan suatu kekeliruan. Kecuali jika diizinkan oleh pemilik makanan atau engkau ketahui persetujuannya, maka tidaklah mengapa kalau begitu.

Ketika itu ambillah apa yang engkau inginkan atau yang disetujui oleh teman-temanmu. Janganlah engkau menghadin walimah/pesta di mana engkau tidak diundang sehingga engkau menjadi tamu tak diundang. | Dalam hadits: “Barangsiapa berjalan menuju jamuan makan sedang ia tidak diundang, maka iapun berjalan sebagai orang fasik (berbuat jahat) dan yang engkau makan haram.”

ADAB BERKUNJUNG DAN MINTA IZIN

Wahai anak, patutlah engkau memperhatikan kunjungan kepada para kerabatmu, karena hal itu termasuk silaturahmi. Hendaklah engkau perhatikan pula kunjungan kepada teman-temanmu agar supaya terwujud cinta yang kekal diantara engkau dan mereka.

Dalam hadits : “Barangsiapa menjenguk orang sakit: atau menjenguk saudaranya karena Allah, dua malaikat berseru : bahagialah kamu dan baiklah perjalananmu dan engkau tempati surga sebagai rumahmu.”

Engkau harus memelihara adab-adab kunjungan:

Yaitu engkau minta izin lebih dulu sebelum masuk dengan berdiri di muka pintu sebelah luar sehingga engkau tidak melihat kepada yang di dalam rumah.

Dalam hadits : “Sesungguhnya dijadikannya minta izin untuk menjaga pandangan.”

Sunnahnya ialah engkau ucapkan salam, kemudian engkau minta izin seraya mengucapkan, “Assalamu’alaikum.” Bolehkah saya masuk ?

Apabila pintu terbuka, menghadaplah ke sisi kanan atau kiri. Sebagaimana dalam hadits : “Adalah Rasulullah SAW. apabila mendatangi pintu orang lain tidak menghadap pintu dari deparmya, tetapi dari sisinya yang sebelah kanan dan kiri, Kemudian beliau mengucapkan, “Assalamu’alaikum, assalamu’alaikum.” Hal itu disebabkan rumah-rumah pada waktu itu tidak memakai tabir.”

Bilamana pintunya tertutup, maka ketuklah ia denganpelan. Jika ia mempunyai bel, maka bunyikanlah bel itu tanpa mengejutkan dan tidak dengan Keras. Allah telah mengajari kita adab minta izin dalam firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat” (An-Nuur ” 27). Jika kamu tidak menemukan seseorang, maka janganlah memasukinya hingga diizinkan bagi kamu.

Minta izin itu dilakukan tiga kali. Dalam hadits: “Apabila Seseorang dari kamu minta izin tiga kali, tetapi tidak diizinkan baginya, maka hendaklah ia pulang.” Apabila dikatakan kepadamu : Siapa kamu? atau siapa di pintu ? Maka jawablah dengan menjelaskan namamu. Jangan katakan : saya atau temanmu atau saya termasuk orang yang mencintaimw/ menyayangimu, atau semacam itu, kecuali jika tuan rumah .mengenaimu dengan suaramu.

Jika demikian, tidaklah mengapa. Dalam hadits Mi’raj : Ketika Jibril minta dibukakan pintu, dikatakan kepadanya: “Siapa ini?”

Jibril menjawab,”Jibril.” Sahabat Jabir r.a. berkata : Aku mendatangi Nabi SAW., lalu kuketuk pintu. Kemudian beliau berkata, “Siapa ini?” Aku menjawab, “Saya.” Maka Nabi SAW. “berkata, “Saya, saya,” nampaknya beliau tidak menyukainya.

Seorang laki-laki Mengetuk pintu rumah seorang alim ulama’. Orang alim itu berkata, “Siapa?” Orang itu menjawab, “Saya.” Maka orang alim itu berkata, “Saya tidak mengenal seorang pun di antara teman-teman kami yang bernama: Saya.”

Jika dikatakan kepadamu: “Tuan rumah tidak ada,” maka janganlah engkau marah. Jangan berburuk sangka bahwa’ia tidak suka menemui kamu. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan jika dikatakan kepadamu : “Kembali (saja)lah,” maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (An-Nuur : 28).

Setiap keluarga yang berdiam di satu numah terkadang masingmasing menempati kamar khusus, maka harus minta izin pula.

Tidak boleh seseorang membuka kamar orang lain, kecuali dengan izin darinya, walaupun orang yang terdekat kepadanya seperti ayah dan ibunya. Dalam hadits: “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW., apakah aku harus minta izin untuk masuk kekamar ibuku?’ Nabi SAW. menjawab, ‘ya.” Orang itu berkata, ‘aku tinggal bersamanya di rumah.” Nabi SAW. berkata, ‘mintalah izin kepadanya!” orang itu berkata, ‘aku pelayannya. ‘ Maka Rasulullah SAW. berkata, “mintalah izin kepadanya!’ apakah engkau suka melihat ibumu dalam keadaan telanjang? Orang itu menjawab. ‘tidak’. Nabi SAW. berkata, kalau begitu, mintalah izin kepadanya.”

Termasuk adab berkunjung adalah bila engkau berkunjung pada waktu yang pantas, bukan pada waktu makan atau tidur ataupun kerja agar orang yang dikunjungi tidak merasa keberatan dan tidak membenci kunjunganmu. Hendaklah engkau berkunjung secara wajar. Jangan berkunjung setiap hari atau di hari-hari yang berdekatan agar tuan rumah tidak bosan dengan kedatanganmu. Termasuk adab pula ialah jangan sedikit sekali berkunjung agar tidak menimbulkan kesepian dan pemutusan hubungan.

Dalam hadist: “Berkunjunglah setelah beberapa waktu Ijarangjarang), niscaya engkau menambah rasa cinta.” Jangan berkunjung dalam waktu yang lama terutama jika orang yang dikunjungi itu sibuk atau bersiap untuk keluar atau akan makan, kecuali jika ia memintanya darimu. Jika demikian tidaklah mengapa.

Hendaklah engkau memakai baju yang bersih, berpenampilan bagus dan duduk di tempat yang pantas. Jangan mendahului orang yang lebih tua umurnya atau kedudukannya daripadamu. Jangan mempermainkan apa yang kau dapatkan di ruang tamu seperti : buku-buku dan surat-surat atau alat-alat atau bunga-bunga atau lainnya. Jangan mengambil sesuatu tanpa izin tuan rumah. Apabila engkau menemukan sepucuk surat, janganlah membacanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu.

Dalam hadits: “Barangsiapa membaca surat saudaranya tanpa izinnya seakan-akan ia mengintai ke dalam neraka.”

Jangan meludah di lantai atau permadani, tetapi di tempat ludah atau di tempat yang sesuai. Hendaklah engkau menyertai tuan rumah dalam suka dan dukanya. Jika hendak pulang engkau minta izin darinya. Apabila ia mengizinkan bagimu, lalu datang tamu lain, maka tetaplah duduk sebentar dan jangan bergegas-gegas keluar supaya ia tidak menyangka bahwa engkau berdiri karena dia, dan tidak suka bertemu dengannya. Kecuali bila engkau terburu-buru, maka beritahulah dia tentang alasan berdirimu dan mintalah maaf kepadanya.

Apabila seseorang mengunjungimu, maka sambutlah dia dengan wajah berseri dan giat sambil berkata, “Ahlan wa sahlan wa marhaban.”” Jabatlah tangannya sedang engkau sangat gembira atas kunjungannya, kemudian dudukkan dia pada tempat yang pantas baginya dan bertanyalah kepadanya tentang kesehatannya dan kesehatan keluarganya, kemudian bicaralah kepadanya dengan lemah lembut dan sopan serta wajah cerah. Layanilah tamumu sendiri. Allah Ta’ala telah memuji Nabi Ibrahim a.s. dengan firman-Nya:

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (Adz-Dzaariyaat: 24).

Mereka dimuliakan karena Ibrahim sendiri yang melayani mereka dan menyuruh istrinya melayani mereka serta menghidangkan makanan bagi mereka dengan segera. Allah Ta’ala berfirman : “Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang” (Huud : 69).

“Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar)” (Adz-Dzaariyaat : 26).

Dalam hadits : “Datang-utusan Raja Najasyi (Raja Habasyah di Ethiopia) kepada Rasulullah SAW. lalu beliau sendiri yang melayani mereka. Makapara sahabatnya berkata kepadanya, kami mencukupimu. ya Rasulullah. ‘Beliau berkata, ‘jangan.: Mereka dulu memuliakan sahabat-sahabatku, dan aku ingin membalas mereka.”

Imam As-Syafii datang kepada Imam Malik rahimahumallahu. Maka beliau menghidangkan sendiri makanan kepadanya kemudian menuangkan air sendiri atas kedua tangannya dan berkata, “Jangan terkejut atas apa yang anda saksikan.” Melayani tamu adalah wajib.

Hidangkan kepada tamumu makanan dan minuman yang sesuai dengannya jika ada, tanpa dipaksakan, supaya engkau tidak merasa berat atas kedatangannya. Jangan katakan: maukah aku hidangkan makanan bagimu? akan tetapi suguhkan makanan itu lebih dulu Jika ia suka biarlah ia makan. Kalau tidak suka, maka angkatiah makanan itu. Sahabat Salman Al-Farisi ra berkata, “Rasulullah SAW. menyuruh kita untuk tidak memaksa din bagi tamu dengan menyediakan apa” yang tidak ada pada kita dan menyuruh menyuguhkan apa yang ada.”

Jangan membatasi dalam memuliakan tamumu. Dalam hadits: “Rasulullah SAW. singgahpada seorang laki-laki yang mempunyai banyak unta dan sapi, tetapi tidak menjamunya sebagai tamu dan beliau singgah pada seorang perempuan yang mempunyai beberapa ekor kambing. Kemudian perempuan itu menyembelih kambing untuknya. Maka beliau berkata, “lihatlah kepada kedua orang itu.’ Sesungguhnya akhlak iniada dalam kekuasaan Allah. Maka barangsiapaingin diberi akhlak yang baik, ia pun melakukannya.” Dalam hadits lain: – “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ja menghormati tamunya.” Dalam riwayat lain : “Aku dan Orang-orang yang bertakwa dari umatku tidak suka memaksa diri.”

Penyair berkata :

Kecerahan wajah manusia lebih baik danpada jamuan maka bagaimana dengan orang yang memben jamuan sambil tertawa

9 Disunnahkan agar engkau menggiatkan tamumu untuk makan dan menganjurkannya. Dalam hadits yang panjang dani Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. menyuruhnya memanggil ahli Shuffah (fakir miskin yang tinggal di masjid Nabi), lalu mereka hadir. Kemudian Nabi SAW. Mengenyangkan mereka semua dan segelas susu. Abu Hurairah mencentakan hadits itu hingga beliau berkata, “Tinggal aku dan kamu.” Aku berkata, “Benarkah anda, ya Rasulullah.” Nabi SAW. berkata, “Duduklah dan minumlah.” Maka akupun duduk dan minum. Kemudian beliau berkata, “Minumlah.” Maka akupun minum. Beliau terus berkata kepadaku,”Minumlah !’, sampai aku berkata, “Jangan, demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran. Aku tidak sanggup lagi meminumnya.” Nabi SAW. berkata, “Berilah aku.” Maka aku pun memberinya gelas. Kemudian beliau memuji Allah dan menyebut basmalah dan meminum sisanya.

Apabila datang seseorang kepadamu untuk mengunjungimu, maka janganlah bersembunyi darinya dan menyuruh pelayan mengatakan kepadanya bahwa engkau tidak ada di rumah atau sedang tidur. Ini bukanlah termasuk akhlak yang baik. Perbuatan itu haram karena merupakan dusta. Engkau harus menemui tamumu. Jika merasakan kepayahan, maka tahanlah itu. Apabila tamu minta izin kepadamu untuk pulang, janganlah terburu-buru mengizinkannya, tetapi mintalah agar ia bersabar. Kecuali jika ia terus mendesakmu dalam meminta izin. maka izinkanlah ia pulang dan antarkan ia ke pintu rumahmu atau ke jalan sambil menyesalkan ketergesaannya dan berterima kasih atas kunjungannya dan mengharapkan supaya ia sering berkunjung. Dalam hadits : “Termasuk sunnah adalah keluarnya seseorang bersama tamunya menuju pintu rumah.”

ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT

Dianjurkan bagimu untuk menjenguk orang sakit, terutama bila ia temmasuk kerabat atau tetangga-tetanggamu atau Guru-gurumu atau teman-temanmu. Apabila engkau mendengar sakitnya salah seorang dari mereka, maka segeralah menjenguknya untuk mengetahui bagaimana keadaannya dan memasukkan kegembiraan di dalam hatinya serta mendo’akannya agar sehat. Dalam hadits: “Hak orang muslim atas orang muslim ada lima : menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang bersin.” Dalam hadits lain: “Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim lainnya pada waktu pagi, melainkan ia di do’akan oleh 70.000 malaikat sampai sore. Jika ia menjenguknya di waktu sore, maka ia di doakan oleh 70.000 malaikat sampai pagi dan ia mendapatkan buah di surga.”

Sebelum engkau menjenguk orang sakit, engkau harus bertanya lebih dulu : apakah ia bisa menerima tamunya atau tdak? supaya tidak memberatkannya. Bilamana ia bisa menenma, maka datanglah segera untuk menjenguknya. Adapun jika ia tidak mampu atau penyakitnya menular, maka cukuplah engkau memberi salam kepadanya dan mendo’akannya supaya sehat dan tanyakan kepada keluarganya tentang kesehatannya.

Termasuk adab menjenguk, ialah engkau ringankan duduk bersama orang sakit agar ia tidak payah atau merasa berat menerima kamu. Kecuali bila ia terhibur dengan keberadaanmu, maka tidaklah mengapa kalau begitu. Dari sahabat Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Termasuk sunnah adalah meringankan duduk dan tidak bersuara keras pada waktu menjenguk orang sakit.”

Dalam hadits : “Menjenguk orang sakititu selama waktu memerah susu unta.” Seorang ulama sufi bemama Sanyyu . As-Sagathiy rahimalullah berkata, “Aku sakit di kota Turshus. Datang menjengukku. sekelompok orang yang duduk lama hingga mereka membuat aku jemu. Kemudian mereka meminta doa dan aku. Maka kuangkat tanganku dan. aku berkata : “Ya Allah, ajanlah kami bagaimana cara menjenguk orang sakit.” |

Termasuk adab pula adalah engkau bertanya kepadanya tentang keadaannya dengan perkataan. Singkat, jika jawabnya tidak memberatkan baginya. Kalau tidak, cukuplah dengan menanyai orang yang merawatnya. Hendaklah pertanyaanmu dengan suara yang sedang karena suara yang sangat pelan terkadang menimbulkan rasa takut di daiam hatinya, sedangkan suara yang keras barangkali membuatnya gelisah dan menambah penyakitnya. Letakkan tanganmu diatas dahinya atau tangannya. Dalam hadits : Kesempurnaan menjenguk orang sakit adalah bila seseorang dari kamu meletakkan tangannya di atas dahinya atau tangannya, lalu bertanya kepadanya, bagaimana dia ? dalam suatu riwayat: bagaimana keadaanmu ? Dan ornag sakit menjawab : Saya dalam keadaan baik, Alhamdulillah.” Apabila engkau melihat perubahan pada warnanya atau kelemahan pada badannya, jangan tunjukkan keprihatinanmu atas hal itu supaya ia tidak merasa takut atau terkejut sehingga semakin parah penyakitnya. Akan tetapi besarkan hatinya dan doakan dia supaya sehat dan panjang umur. Dalam hadits : “Apabila kamu menjenguk orang sakit, maka berilah dia harapan panjang umur, karena hal itu menolak sesuatu dan akan menghibur hatinya.” Hal itu dilakukan dengan mengucapkan seperti dalam hadits lain: tidak mengapa, suci dari dosa insya’ Allah.

Janganlah engkau menyebut sesuatu yang mengganggu dan mengecewakannya seperti menceritakan rasa sakit dari penyakit dan kesulitan menggunakan obat-obatan atau mengatakan kepadanya: dulu si Fulan sakit seperti penyakitmu ini, lalu mati. Karena perkataan itu menyusahkannya dan merusak pikirannya serta menambah penyakitnya. Apabila orang yang sakit mengeluh kepadamu, maka janganlah membentaknya dan memarahinya, tetapi dengarkan keluhannya dan ringankan penderitaannya dengan katakata yang lembut seperti mengatakan kepadanya: engkau tidak apa-apa, penyakitmu ringan, sebagian orang-orang penyakit mereka lebih parah daripada penyakitmu, namun Allah menyegerakan kesembuhan bagi mereka. Apabila engkau melihatnya mengabaikan nasihat-nasihat dokter, janganlah engkau menegurnya dengan keras, tetapi ingatkanlah dia dengan lemah lembut dan doronglah dia untuk mengikuti nasihat-nasihat dan menggunakan obat. Apabila ia tidak mau makan yakinkanlah dia dengan pelan supaya ia memakannya dan jangan memaksa dia melakukannya. Dalam hadits: “Janganlah memaksa orang-orang sakit di antara kamu agar makan dan minum, karena Allah memberi mereka makan dan minum.”

Disunnahkan untuk membangkitkan selera makannya. Dalam hadits : “Bahwa Rasulullah SAW. menjenguk seorang laki-laki Anshor, lalu beliau berkata, ‘Apa yang engkau Sukai?’ Orang itu menjawab, ‘Aku suka roti gandum.” Kemudian berdirilah seorang laki-laki, lalu pergi dan datang membawa sepotong roti. Maka Nabi SAW. memberikan roti itu kepadanya. Kemudian beliau bersabda: Apabila seorang yang Sakit di antara kamu menyukai sesuatu, hendaklah ia memberinya makanan itu.” Disunnahkan pula agar engkau mendo’akannya dengan do’a yang berasal dari Nabi SAW.. “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung. Pemilik Arasy yang agung agar dia menyembuhkan kamu.” Dalam hadits : “Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang ajalnya, lalu mengucapkan doa yang tersebut tadi di hadapannya tujuh kali, maka Allah menyembuhkannya dari penyakit itu.”

Disunnahkan pula bagimu untuk meminta doa darinya berdasarkan hadits : “Jenguklah orang yang sakit dan surutlah mereka mendoakan kamu, karena doa orang sakit itu mustajab dan dosanya diampuni.”

ADAB ORANG SAKIT

Termasuk adab orang sakit adalah bersabar atas penyakitnya. Maka ia tidak boleh gelisah/cemas dan tidak boleh banyak mengeluh, tetapi ridha dengan penyakit yang ditakdirkan Allah baginya agar mendapat pahala yang banyak.

Disebutkan dalam hadits: “Tidaklah orang mukmin ditimpa kepayahan dan penyakit, kesusahan dan kesedihan, gangguan dan kemelut, sekalipm duri yang mengenainya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan semua itu.”

Hendaklah ia berdo’a kepada Allah agar dirinya sembuh sebagaimana dalam hadits : “Seorang laki-laki mengeluh badannya sakit kepada Nabi SAW. maka Rasulullah SAW. berkata kepadanya, letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit dan ucapkanlah Bismillah (tiga kali), dan kernudian ucapkan (tujuh kali) : aku berlindung dengan keperkasaan Akah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku rasakan dan aku takuti.”

Hendaklah ia menggunakan obat yang berfaedah bagi kesehatannya. Dalam hadits : “Berobatlah kamu sekalian karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan obat baginya.”

Hendaklah ia meyakini bahwa kesembuhan itu dari Allah, bukan dari obat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam menceritakan tentang nabi-Nya Ibrahim a.s. : “Dan apabila aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku” (Asysyu’ara : 80).

Hendaklah ia sangat waspada dari meninggalkan shalat pada waktu ia sakit atau menundanya sesudah waktunya Ia harus melakukan shalat menurut kemampuannya sebagaimana sabda Nabi SAW. kepada Sayyidina Imran bin Hushan ra yang menderita penyakit bawasir (= penyakit di dubur) : “Shalatlah Sambil berdiri. Kalau engkau tidak sanggup, maka sambil duduk. Jika engkau tidak sanggup, maka diatas sisi tubuhmu. Jika engkautidak sanggup, maka sambil berbaring. Allah tidak memaksa seseorang, melainkan menurut kemampuannya.”

Orang sakit boleh menggabung antara shalat Zhuhur dan Ashar, baik tagdim atau ta’khir, begitu pula antara Maghnb dan Isya’ apabila penyakit itu dirasakan pada waktu ihram dalam kedua waktu itu dan ketika mengucap salam dani salam pertama dan antara keduanya. Jika ia tidak mampu berwudhu, biarlah orang lan membantunya berwudhu. Jika tidak ada yang membantunya, hendaklah ia bertayamum hendaklah ia menjaga dinnya sungguh-sungguh dari najis, oleh karena masalahnya sangat keras, dan jangan menggampangkannya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang-orang yang sakit. Hendakiah ia tidak meninggalkan puasa Ramadhan bia mampu. Kalau tidak mampu, hendaklah ia segera menggodhonya (menggantinya) jika sudah sembuh.

Apabila ia sudah sembuh, hendaklah ia banyak berSyukur kepada Allah atas kesembuhannya dan selalu mohon dari-Nya panjang umur dalam menaati-Nya disertai karunia dan keselamatan. Dalam hadits : “Mohonlah kepada Allah pengampunan dan kesehatan, karena tidak seorang pun yang diberi setelah keyakinan lebih baik dari sehat wal afiat”

Dalam hadits lan: “Sebaik-baik kamu ialah yang paling panjang umurnya di antara kamu dan paling baik amalnya.”

Hendaklah ia mengngat kebaikan orang-orang yang melayaninya dan menjenguknya pada waktu sakitnya serta berterima kasih kepada mereka dan mengunjungi mereka di rumah-rumah mereka sedapat mungkin. Dalam hadits : “Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, ia pm tidak bersyukur kepada Allah.”

Hendaklah ia menepati janjinya kepada Allah pada waktu sakitnya untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih.

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW. menjenguk Khawwaat bin Jubair r.a. pada waktu sakitnya, lalu berkata kepadanya : “Apakah tubuhmu sudah sehat, ya Khawwaat?” Aku menjawab : “Dan tubuhmu, ya Rasulullah.” Beliau berkata : “Tepatilah apa yang engkau janjikan kepada Allah.” Aku berkata : “Aku tidak menjanjikan apa-apa kepada Allah azza .wa jalla (Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung). Nabi SAW. berkata: “Benar. Sesunggunya tidaklah seorang hamba menderita sakit, melainkan Allah azza wa jalla menimbulkan kebaikan. Maka tepatilah apa yang engkau janjikan kepada : Allah.”

ADAB KUNJUNGAN TAKZIYAH

Apabila engkau mendengar kematian seseorang disun- nahkan bagimu mengucapkan : “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un wa innaa ilaa robbinaa lamungalibuun. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali, dan sesungguhnya kami kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah, tulislah dia di sisi-Mu dalam golongan orang-orang yang berbuat baik dan sampaikan buku catatannya di “Illiyyin dan gantilah dia dalam keluarganya di antara orang-orang yang hidup. jangan Engkau haramkan pahalanya bagi kami dan jangan ttmbulkan fitnah pada kami sesudah ia tidak ada.” kemudian pergilah kepada keluarganya untuk bertakziyah kepada mereka dengan menngankan kesedihan mereka dan menghibur mereka atas musibah mereka serta menceritakan kepada mereka adanya pahala yang banyak atas kesabaran itu dan melarang mereka berkeluh kesah yang menghilangkan pahala dan menyebabkan dosa. Engkau katakan kepadanya : “Semoga Allah membesarkan pahalamu dan membeni kesabaran yang baik atas apa yang menimpamu serta mengampuni dosa orang yang telah meninggal darimu. Bagi Allah apa yang diambilNya dan bagi-Nya apa yang diberikan-Nya segala sesuatu di sis-Nya mempunyai masa tertentu.”

Demikianlah dunia ini dan inilah kesudahan setiap makhluk hidup “Setiap jiwa itu akan merasakan kematian.” (Ali Imran: 185).

Dalam hadits : “Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya atas musibahnya, melainkan Allah azza wa jalla memakaikan padanya pakaian kemuliaan di hari kiamat.”

Hendaklah engkau ikut serta dengan keluarga si mayit dalam merasakan kesedihan mereka. Maka jangan menampakkan kegembiraan di hadapan mereka dengan memakai pakaian yang mewah atau tertawa atau tersenyum atau bergurau dengan orang lain dan tidak banyak berbicara atau berbicara tentang keadaan orang yang wafat selama hal itu tdak dimula: »leh keluarga dan para kerabatnya. Ketika itu pujilah dia dan sebutiah kebaikan-kebaikan perbuatannya. Janganlah engkau menyebut sesuatu keburukannya. Nabi SAW. telah bersabda : “Sebutlah kebaikan-kebaikan orang mati di antara kamu dan jangan menyebut keburukan-keburukan mereka.” Dianjurkan melakukan takziyah sebelum penguburan dan sesudahnya dan dihukum makruh sesudah tiga han, karena memperbarui kesedihan. Kecuali bila pelaku takziyah atau orang yang menerima takziyah tidak ada, maka takziyah itu berlangsung hingga ia datang.

Hendaklah engkau membantu keluarga mayit sesuai kemampuanmu dan berusaha menghadiri shalat atas mayit dan mengantarkan jenazahnya, karena hal itu termasuk hakhak sesama kaum muslimin di samping mempunyai keutamaan yang besar.

Dalam hadits: “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga disembahyangi, ia mendapat satu girath, dan siapa yang menghadiri hingga dikubur, ia mendapat dua girath. Ada yang mengatakan: apakah dua girath itu ? Beliau menjawab: “seperti dua gunung besar.”

ADAB ORANG YANG MENGALAMI MUSIBAH

Apabila seseorang mengalami kematian dari salah seorang kerabatnya atau temannya, maka ia harus bersabar dan tabah. Hendaklah ia mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibahku dan gantilah aku dengan yang lebih baik darinya.”

Dalam hadits : “Barangsiapa mengucapkan Itu, maka Allah Ta’ala memberinya pahala dalam musibahnya dan mengganti baginya dengan yang lebih baik dari itu.”

Berkata Ummu Salaman r.a. : “Ketika Abu Salamah wafat, akumengucapkan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah SAW. kepadaku.” Maka Allah Ta’ala mengganti dengan orang yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah SAW. Dalam hadits lain : “Apabila anak hamba Allah meninggal dunia, Allah Ta’ala berfirman kepada para malaikat-Nya, “kalian cabutnyawa anak hamba-Ku?’ mereka menjawab, ‘Ya.’ Allah Ta’ala berfirman, ‘Kalian mencabut nyawa buah hatinya?’ Mereka menjawab, ‘Ya. ‘ Allah Ta’ala berfirman, ‘ Apakata hamba:Ku?’ Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mohon perlindunganMu dengan mengucapkan :Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un. Kemudian Allah Ta’ala berfirman: Bangunlah bagi hamba-Ku sebuahrumahdisurgadannamakanlah ia BaitulHamdi (rumah pujian).”

Hendaklah ia sangat waspada dari meratapi mayit dengan menyebut kabaikan-kebaikannya disertai tangis dan mengeraskan suara, karena ini menunjukkan bahwa ia tidak ridha kepada keputusan Allah dan takdir-Nya, sedangkan : perbuatan itu adalah haram. Begitu pula menampar pipi, mencakar wajah, merobek pakaian dan memukul dada. Dalam hadits : “Rasulullah SAW. berlepas diri dari wanita yang mengeraskan suaranya dengan meratap dan wanita yang mencukur rambutnya serta merobek bajunya pada waktu terkena musibah.”

Adapun tangis tanpa meratap dan mengeraskan suara, maka tidaklah haram. Dalam hadits: “Ketika Rasulullah SAW., diberitahu tentang kematian anak laki-laki dari putrinya Zainab r.a., berlinanglah air mata beliau. Maka Sa’ad bin Ubadah r.a. berkata kepadanya, ‘Apa gerangan ini ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Iniadalah rahmat yang dijadikan Allah dalam hati para hamba-Nya.’ Sesungguhn ya Allah merahmati hambahamba-Nya yang penyayang.”

ADAB BERKUNJUNG UNTUK MEMBERI SELAMAT

Apabila temanmu lulus dalam ujian atau datang dari bepergian atau sembuh dari penyakit ataumerasakan kesenangan karena suatu sebab, maka dianjurkan bagimu untuk mengunjunginya dan memben selamat kepadanya agar supaya bertambah kegembiraannya dan menjadi kuat kecintaannya kepadamu karena engkau ikut bergembira dengannya. Allah telah membenkan kabar gembira bagi para hamba-Nya yang beriman dengan firman Allah Ta’ala : “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dan keridhaan dari-Nya serta surga yang di dalamnya mereka mendapat kenikmatan yang kekal.” (At-Taubah : 21).

Ketika diturunkan kepada Nabi SAW. ayat : “Supaya Allah « mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang kemudian” (Al-Fath : 2), pada waktu beliau pulang dari Hudaibiyah, Nabi “SAW. bersabda : “Telah diturunkan kepadaku sebuah ayat yang lebih aku sukai daripada segala yang ada di atas bumi.”

Kemudian beliau membacakannya kepada para sahabat. Maka mereka berkata “Selamat bagimu, ya Rasulullah” (Alhadits).

Nabi SAW. memberi kabar gembira kepada Sayyidah Khadijah r.a. tentang sebuah rumah baginya di surga dari mutiara, tiada keributan di situ dan tiada kepayahan.

Nabi SAW. bertanya kepada Ubay bin Ka’ab r.a., “Ayat manakah yang paling agung di dalam Kitab Allah?” Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Nabi SAW. berkata, “Selamat bagimu atas Imumu, hai Abal Mundzir.”

Rasulullah SAW. berkhutbah di akhir bulan Sya’ban, maka beliau berkata: “Hai sekalian manusia, kalian telah dinaungi oleh sebuah bulan yang agung, bulan yang penuh berkah dan di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.” (Alhadits). Ini adalah dalil atas anjuran memberi selamat atas kedatangan bulan Ramadhan dan hari Raya.

Ketika memberi kabar gembira kepada temanmu hendaklah engkau menyambutnya dengan wajah tersenyum dan jiwa yang dipenuhi kegembiraan seraya berkata kepadanya ketika datang dari bepergian : “ Segala puji bagi Allah yang menyelamatkanmu. Atau segala puji bagi Allah yang mempertemukan aku denganmu.” Atau, “Aku ucapkan selamat kepadamu karena engkau telah tiba dengan selamat atau semacam itu.” Dan ketika pulang dari haji, “Semoga Allah menerima hajimu dan mengampuni dosamu serta mengganti biayamu.” Atau, “Semoga menjadi haji yang mabrur dan amal yang disyukuri (diterima) dan perniagaan yang tidak akan merugi.” Ketika memberi selamat atas perkawinan, “Semoga Allah memberi berkah bagimu dan memberi berkah atasmu serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Dan ketika bayi lahir, “Semoga Allah memberi berkah bagimu dalam bayi itu dan engkau syukuri Allah yang memberikannya, semoga ia mencapai usia dewasa dan ia berbakti kepadamu.” Sebagai jawaban temanmu kepadamu, ia berkata, “Semoga Allah memberi berkah bagimu dan memberi berkah atasmu. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan semoga Allah mengaruniaimu sepertinya.”

Pada waktu memberi selamat atas kedatangan Ramadhan, “Bulan yang diberkati.” Dan pada waktu hari Raya, “Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan beruntung dengan ridha Tuhan sekalian alam, setiap tahun dan kamu selalu dalam kebaikan.”

ADAB DALAM BEPERGIAN

Ketahuilah, bahwa bepergian itu bisa menjadi wajib seperti pergi haji ke Baitullah yang suci dan menuntut ilmu yang wajib. la pun bisa menjadi sunnah seperti menziarahi makam Nabi SAW. atau menziarahi para wali dan orang-orang shalih atau kedua orang’tua dan para kerabat atau mengunjungi para sahabat dan teman. Ia bisa menjadi mubah seperti perjalanan untuk berdagang atau bertamasya.

Apabila engkau ingin bepergian, maka shalatlah istikhoroh (minta petunjuk Allah) lebih dulu dan mintalah izin kepada kedua orang tuamu dan guru-gurnumu. Apabila lapang dadamu dan mereka izinkan bagimu, maka mulailah dengan mengembalikan barang-barang orang lain kepada pemiliknya seperti engkau mengambil sesuatu tanpa izin pemiliknya. Dan engkau kembalikan barang-barang titipan, dan pinjaman serta melunasi hutang-hutang dan menyiapkan belanja bagi orang yang wajib engkau beri nafkah. Kemudian engkau siapkan wasiat yang engkau perlukan dan menyediakan bekal yang halal dan baik. Mohonlah ampun kepada Tuhanmu dari segala maksiat dan dosa dan mohonlah pertolongan dari-Nya atas perjalananmu.

Kemudian pilihlah seorang teman yang shalih untuk membantumu dalam kebaikan dan menngankan darimu kepayahan-kepayahan perjalanan. “Pilihlah teman sebelum jalan” sebagaimana disebutkan dalam hadits.

Nabi SAW. melarang seseorang bepergian seorang diri. Baliau bersabda: “Pengendara itu syaitan, dua orang pengendara itu dua syaitan sedangkan tiga pengendara itu rombongan.”

Kemudian berpamitlah kepada kedua orang tua dan gurugurumu, teman-teman dan para tetanggamu serta mintalah maaf dari mereka dan setiap orang yang melakukan mu’amalat/ hubungan denganmu dalam sesuatu hal. Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu ingin bepergian, hendaklah ia berpamitan dengan saudara-saudaranya, karena Allah Ta’ala mem. beri berkah pada do’a mereka baginya.”

Ucapkanlah do’a yang diriwayatkan : “Aku titipkan kamu kepada Allah yang tidak hilang titipannya.” Disunnahkan bagi orang yang menetap untuk mengantarkan musafir dan mendo’akan baginya dengan do’a dalam hadits, yaitu: “Aku titipkan kepada Allah agama dan amanatmu serta akhir amalmu dalam pemeliharaan Allah dan lindungan-Nya. Semoga Allah membekalimu dengan takwa dan mengampuni dosamu serta mengarahkanmu bagi kebaikan di mana pun engkau berada.” Shalatiah dua raka’at bila engkau ingin keluar dari rumahmu dan membaca dalam raka’at pertama : Qul yaa ayyuhal kaafirun. Dalam raka’at kedua : Qul huwallahu ahad. Setelah mengucapkan salam, bacalah : ayat Kursi.

Diriwayatkan dalam hadits bahwa barang siapa membaca ayat Kursi sebelum ia keluar dari rumahnya tidaklah ia ditimpa sesuatu yang tidak disukainya hingga ia pulang. Patutlah engkau baca pula surah : Li iilaafi Quraisyin. Sebagian ulama berkata, “Surah tersebut menimbulkan perlindungan dari segala gangguan.”

Apabila engkau berdin di pintu rumahmu, bacalah do’a pada waktu keluar dari numah sebagaimana dikemukakan dalam adab pada waktu berjalan dan dahulukan kakimu yang kiri.

Apabila engkau telah tegak di atas kendaraan, bertakbirlah tiga kali, kemudian ucapkanlah : “Maha suci Allah yang menundukkan kendaraan ini bagi kami dan tidaklah sebelum ini kami mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami” (Az-Zukhruf : 13,14).

“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu dalam perjalanan kami ini kebajikan dan ketakwaan serta amal Yang Engkau ridhai.”

‘“YabAllah, ringankanlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah bagi kami jaraknya yang jauh. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan pengganti kami dalam keluarga. Ya Allah, aku.”

“Ya Allah, ringankaniah perjalanan kami ini dan dekatkanlah bagi kami jaraknya yang jauh. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan pengganti kami dalam keluarga. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kepayahan dalam perjalanan dan pemandangan yang menyedihkan serta keadaan yang buruk dalam harta, keluarga dan anak.”

Apabila engkau kembali, bacalah do’a yang terdahulu dan tambahkanlah. “Kami pulang, kami bertaubat, kami beribadah dan kami bersyukur kepada Tuhan kami.”

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits: apabila engkau takut manusia atau lainnya, maka ucapkanlah :

“Ya Allah, kami jadikan Engkau sebagai lawan mereka dan kami berlindung dengan-Mu dari kejahatan mereka.” Apabila engkau takut syaitan, hendaklah engkau ucapkan adzan, karena jika mendengar adzan, ia (syaitan) pun lari.

Jadilah engkau dalam perjalananmu sebagai contoh akhlak yang baik. Engkau hormati orang yang lebih tua darimu dan engkau sayangi anak yang lebih kecil darimu. Engkau utamakan orang lain daripada dirimu di tempat yang sesuai, terutama jika ia lemah atau sakit. Engkau perlakukan semua temanmu dengan perlakuan yang baik. Maka engkau bicara dengan lemah lembut kepada mereka dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Jangan kikir dalam memben makanan atau lainnya kepada mereka. Jangan bertengkar dengan mereka atau melakukan perbuatan yang mengganggu mereka. Waspadalah dari mengganggu sopir kendaraan dengan banyak bicara, berbantahan dan bertengkar.

Dianjurkan bepergian pada hari Kamis. Dalam hadits: “Jarang Rasulullah SAW. bepergian selain hari Kamis.” Hendaklah perjalanan itu dimulai pada awal siang hari. Dalam hadits: “Ya Allah, berkatilah umatku di pagi-pagi benar.” Bila engkau sudah menyelesaikan pekerjaanmu, kembalilah dengan segera. Dalam hadits : “Bepergian itu adalah sebagian dari siksa.” Ia mencegah seseorang di antara kamu dari makanan dan minuman serta tidurnya. Maka apabila seseorang dari kamu menyelesaikan keperluannya, hendaklah ia segera pulang kepada keluarganya.

Apabila engkau melihat kotamu, ucapkanlah : “Ya Allah, jadikanlah bagi kami ketenangan dan rezeki yang baik di situ.”

Dan ucapkanlah : “Kami pulang, kami bertaubat, kami beribadah dan kami bersyukur kepada Tuhan kami,” sampai engkau memasuki kota. Apabila engkau masuk rumahmu, ucapkanlah: “Kami kembali, kami kembali dan kami bertaubat kepada Tuhan kami yang tidak meninggalkan dosa pada kami.”

Hendaklah engkau pulang pada waktu siang. Dalam hadits: “Adalah Rasulullah SAW. sehabis bepergian tidak mendatangi keluarganya pada waktu malam. Beliau datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.”

Sebelum masuk rumahmu, mulailah dengan shalat dua raka’at di masjid terdekat darinya. Ini adalah sunnah.

Disunnahkan pula bagimu untuk membawa hadiah kepada keluargamu, karena mata orang-orang memperhatikan orang yang baru datang dari bepergian. Maka dianjurkan untuk menggembirakan mereka sehingga disebutkan dalam hadits: “Bahwa jika ia tidak membawa apa-apa, hendaklah ia letakkan sebuah batu di dalam keranjangnya.”

ADAB BERPAKAIAN

Dianjurkan bagimu memakai baju untuk menutup aurat yang diperintahkan Allah kepadamu menutupinya supaya engkau mendapat pahala atas niatmu dan berniat pula . mensyukuri nikmat pakaian. Allah telah menganugerahkan pakaian dalam firman-Nya : “Hai anak Adam, Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu da.. pakaian indah untuk perhiasan” (Al-A’raaf : 26).

Dalam ayat lain : “Dan Dia (Allah) jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas” (An-Nahl : 81)

Engkau mulai dengan tangan kanan. Dalam hadits: “Apabila kamu memakai baju dan apabila kamu berwudhu, mulailah dengan tangan kananmu.” Sesudah mengucapkan basmalah, engkau ucapkan : “Ya Allah, aku mohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan aurat yang ditutupinya dan aku berlindung dengan-Mu dari keburukannya dan keburukan aurat yang ditutupinya. Segala puji bagi Allah yang memberiku pakaian ini dan mengaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku.”

Waspadalah agar tidak membuka auratmu tanpa keperluan. Apabila perlu melakukan itu, bacalah do’a yang terdapat dalam hadits, di mana penutup aurat manusia dari pandangan jin adalah : “Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia.” Ketika melepas pakaian mulailah dengan tanganmu yang kini.

Apabila engkau memakai bajumu yang baru, sedekahkanlah bajumu yang lama, Nabi SAW. bersabda : “Barangsiapa memakai baju baru, lalu mengucapkan : Segala puji bagi Allah yang memberikan pakaian untuk menutupi auratku dan supaya aku berhias dengannya dalamhidupku, kemudi-an ia mengambil baju yang sudah usang dan menyedekahkannya, maka ia pun dalam pemeliharaan dan lindungan Allah azza wa jalla dan berada di jalan Allah dalam keadaan hidup dan mati.”

Patutlah engkau memakai pakaian yang kuat dan sesuai dengan kedudukanmu dan tahan lama tanpa ada hiasan. Janganlah menjadikan keinginanmu untuk mengkoleksi pakaian-dan bervariasi. dalam membentuk dan mengaturnya serta memilihnya dari aneka warna yang cemeriang dan menarik, karena hal itu merupakan urusan perempuan dan tidak sesuai dengan kejantanan laki-laki. Seseorang itu dinilai dengan adabnya, bukan dengan mode dan bajunya. Dalam hadits : “Barangsiapa memakai baju untuk ketenaran di dunia, maka Allah memakaikan padanya baju kehinaan di hari kiamat kemudian menyalakan api padanya.”

Penyair berkata :

Jika seseorang tidak ternoda kehormatannya oleh kehinaan maka setiap baju yang dipakainya adalah bagus

Penyair lain berkata :

Bukanlah keindahan itu karena baju yang menghiasi kita sesungguhnya keindahan itu adalah keindahan ilmu dan adab

Hendaklah engkau membaguskan penampilanmu dan membersihkan bajumu. Karena manusia yang berpenampilan bagus dan berbaju bersih akan menjadi baik perasaannya dan menyukai ketertiban serta peraturan. Adapun orang yang mengabaikan pakaiannya, maka ia pun suka mengabaikan semua urusannya dan tidak mempunyai perasaan. Dalam hadits : “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan, yaitu baik perbuatan-Nya dan sempurna sifat-sifatNya.” Nabi SAW. berwasiat kepada sekelompok orang, maka beliau berkata : “Kalian akan pergi kepada saudara-saudaramu. Maka perbaikilah kendaraanmu dan baguskanlah bajumu sehingga kamu tampak beradat kebiasaan yang baik di antara orang banyak.”

Dari Aisyah r.a. : bahwa Rasulullah SAW. ingin keluar pada suatu hari menuju para sahabat. Maka beliau merapikan surban dan rambutnya. Kemudian Aisyah berkata, “Mengapa engkau lakukan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,”Ya, sesungguhnya Allah Ta’ala suka hamba-Nya berhias bagi saudara-saudaranya apabila ia keluar kepada mereka.”

Perhatikanlah kebersihan pakaianmu dan peliharalah pakaianmu agar tidak dikotori oleh sesuatu apa pun, terutama oleh benda-benda yang sulit dihilangkan seperti tinta atau minyak. Peliharalah pula pakaianmu agar supaya tidak robek atau cepat usang/rusak. Apabila basah oleh keringat, biarkan pakaianmu terkena udara. Bila sudah kering, lipatlah pakaian itu pelan-pelan dan letakkan di tempatnya yang khusus sambil menyebut nama Allah Ta’ala. Dalam hadits : “Apabila kamu melipat bajumu, maka sebutlah nama Allah Ta’ala untuk baju itu Supaya tidak dipakai jin pada waktu malam sementara kamu memakainya di siang hari sehingga cepat usang.”

Jangan memasang kopiahmu miring ke depan, karena itu adalah kebiasaan orang-orang yang sombong dan membanggakan diri mereka. Jangan pula engkau ulurkan sarungmu, karena perbuatan itu merusak kesehatan dengan adanya . kotoran yang melekat padanya di jalan serta menyebabkan ia cepat robek. Hal itu juga menunjukkan kesombongan. Dalam hadits : “Sarung yang menjulur melewati kedua tumit, tempatnya dalam neraka. Barangsiapa menyeret bajunya dengan sombong, Allah tidak memandang kepadanya (yakni. tidak memberinya rahmat) di hari kiamat.”

Hindarilah pula keserupaan dengan perempuan dalam pakaianmu.

Dalam hadits : “Rasulullah SAW. melaknat orang laki-laki yang .memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.”

Janganlah engkau memakai sutera dan emas.

Dalam hadits : “Barangsiapa memakai sutera di dunia, maka ia pun tidak memakainya di akhirat.” Dalam hadits pula: “Diharamkan memakai sutera dan emas bagi umatku yang laki-laki dan dihalalkan bagi wanita mereka.”

Janganlah engkau menyerupai orang-orang kafir dan fasik dalam pakaianmu. Dalam hadits : “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka Ia termasuk golongan mereka.” Disunnahkan pula bagimu memakai baju putih. Dalam hadits : “Pakailah baju yang berwarna putih, karena fa adalah bajumu yang terbaik.”

Jangan memakai baju yang terbalik atau kotor atau robek atau putus kancingnya, karena hal itu tidak pantas bagimu. Jangan pula memakai baju yang basah, kemudian engkau keluar terkena angin, karena hal itu membahayakan kesehatan. Pilihlah pakaian yang sedang dalam keluasaan dan kesempitannya, karena pakaian yang sangat longgar buruk pemandangannya dan yang sempit mengganggu tubuh, karena dapat menekan anggota tubuh dan menghentikan jalannya darah.

Pakailah baju yang baik pada waktu shalat dan jangan shalat tanpa memakai penutup kepala, karena hal itu melanggar kesopanan. Allah Ta’ala berfirman : “Hai anak Adam pakailah pakaianmu yang Indah di setiap (memasuki) masjid” (A-A’raaf : 31). Yakni pada waktu shalat dan thawaf.

ADAB PADA WAKTU TIDUR

Tidur itu kebutuhan bagi manusia, karena ia mengembalikan kekuatannya yang hilang pada waktu bekerja. Waktu terbaik untuk tidur adalah malam, karena terdapat ketenangan di dalamnya.

Tidak tidur semalaman itu membahayakan kesehatan, karena la mencegah seseorang dari tidur yang cukup bagi ketenangannya dan menyebabkan kesulitan pencernaan, kelemahan tubuh, sakit kepala dan penyakit-penyakit akal. Tidur siang tidak bisa menggantikan tidur malam. Hendaklah engkau tidur di awal malam supaya engkau bangun pagi-pagi benar. Tidak boleh tidur lama sekali, karena hal itu menimbulkan kelemahan dan kemalasan serta mencegah bekerja dan menyia-nyiakan waktu. Cukup bagi anak muda tidur selama 8 jam dan jangan tidur langsung sesudah makan malam, karena hal itu menimbulkan mimpi-mimpi yang mengejutkan. Terkadang ia menyebabkan tidak bisa tidur dan juga menyebabkan kekerasan hati. Sebagaimana dalam hadits: “Cairkan makananmu dengan menyebut nama Allah dan shalat.”

Jangan tidur dalam keadaan kenyang supaya tidak keras hatimu. Tidurlah paling sedikit dua jam sesudah makan dan janganlah tidur, kecuali setelah menunaikan kewajiban-kewajibanmu, seperti shalat atau membaca. Jika engkau tertinggal sebagian dari itu, maka tunaikanlah pada waktu berikutnya.

Dalam hadits : “Barangsiapa tidur meninggalkan sholat witirnya atau melupakannya, hendaklah ia lakukan shalat itu jika mengingatnya.”

Pakailah pakaian yang khusus untuk tidur. Sebaiknya pakaian itu tidak sempit agar menimbulkan ketenangan. Tanggaikan pakaian sehari-hari dan letakkan di tempatnya supaya mudah bagimu mengambilnya pada waktu pagi, kemudian kibaslah/kebutlah tempat tidurmu. Dalam hadits : “Apabila seseorang dari kamu mendatangi tempat tidurnya, hendaklah ia mengibaskannya/membersihkan kain penutup kasurnya (sprei atau selimut), karena la tidak tahu apa yang terdapat di dalamnya.” Yakni barangkali ada serangga pengganggu yang merayap di situ.

Berbaringlah di atas sisi tubuhmu sebelah kanan menghadap kiblat dan pujilah Tuhanmu yang menyelamatkanmu sepanjang harimu dan memberimu taufik untuk menunaikan kewajibanmu. Mohonlah kepada Allah Ta’ala agar melindungimu pada waktu tidurmu dan menyelamatkanmu dari makhluk-makhluk pengganggu. Tenangkan hatimu dan kosongkan dari pikiran-pikiran agar supaya tidummu menjadi nyaman, dan bersihkan hatimu dari dendam: dan dengki terhadap seseorang dari kaum muslimin.

Niatkanlah untuk melakukan kebaikan bila engkau bangun dan mintalah ampun atas dosa-dosamu seraya berkata: “Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung yang tiada Tuhan selain Dia yang Hidup Kekal dan Berdiri sendin serta bertaubat kepada-Nya (tiga kali).”

Dalam hadits : “Barangsiapa mengucapkan itu ketika hendak tidur, diampuni Allah Ta’ala dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih. laut” Kemudian bacalah : Dengan nama Tuhanku aku letakkan sisi tubuhku dan dengan nama-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau cabut nyawaku, rahmatilah dia. Dan jika Engkau melepaskannya, peliharalah dia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih. Ya Allah, lindungilah aku dari siksa-Mu pada hani ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu (tiga kali).

Kemudian, tiuplah pada kedua telapak tanganmu (hembusan — lembuttanpa mengeluarkan ludah). Bacalah pada kedua telapak tangan itu : (Qul huwallahu ahad), (Qul a’udzu bi robbil falaq) ” dan (Qul a’udzu bi robbin naas).

Kemudian usapkanlah kedua telapak tangan itu menurut kemampuanmu pada tubuhmu dimulai dengan kepala dan wajah serta bagian depan tubuh. Demikianlah disebutkan dalam hadits. Kemudian ucapkanlah : Subhanallah (tiga puluh tiga kali), alhamdulillah (tiga puluh tiga kali) dan Allahu Akbar (tiga puluh tiga kali).

Kemudian bacalah Ayat Kursi dan “Aamanar rasuulu” hingga akhir surah Al-Baqarah. Telah disebutkan dalam hadits pahala yang besar bagi siapa yang membaca itu.

Hendaklah engkau tidur dalam keadaan berdzikir kepada kepada Allah dan berwudhu agar supaya rohmu diangkat ke Arasy dan ditulis sebagai orang yang shalat sampai engkau bangun. Hendaklah engkau akhiri masa jagamu dengan kebaikan. Dalam hadits : “Jika manusia hendak tidur, malaikat dan syaitan bersbut mencapainya. Malaikat berkata, ‘Ya Allah, akhirilah dia dengan kebaikan.” Syaitan berkata, ‘Akhirilah dengan keburukan.’ Jika ia menyebut nama Allah Ta’ala, kemudian tidur, maka malaikat menjaganya sepanjang malam.” Akhirilah do’ado’amu dengan do’a ini : “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku perlindungkan punggungku kepada-Mu karena mengharap dan takut kepadaMu. Tiada tempat berlindung dan tempat keselamatan dariMu kecuali kepada-Mu. Aku beriman dengan Kitab-Mu yang engkau turunkan dan Nabi-Mu yang engkau utus.” Jika engkau membaca itu dan mati di malam itu, maka engkau dalam keadaan fitrah (suci dan bersih dari dosa-dosa kecil). Jika engkau hidup sampai pagi, maka engkau berada dalam kebaikan. Demikianlah disebutkan dalam hadits.

Setelah itu bacalah surah Al-Kaafiruun. Kemudian tidurlah sehabis membacanya, maka ia membebaskan dari syirik. Demikianlah yang tersebut dalam hadits.

Janganlah tidur diatas perutmu, karena hal itu tidak sesuai dengan adab dan menekan pemafasan serta menyebabkan mimpi-mimpi yang mengejutkan. Dalam hadits : “Sesungguhnya ini adalah bentuk tidur yang dibenci Allah.”

Jangan pula tidur diatas punggungmu agar tidak hanyut dalam tidurmu atau mengkhayalkan hal-hal yang menakutkan atau merasa seakan-akan di dadamu ada sesuatu yang berat. Jangan menutup wajahmu pada waktu tidur, karena ia menyebabkan penyakit paru-paru dengan menghirup hawa yang busuk. Hindarilah hawa. dingin dengan menutup jendela-jendela dan memakai selimut yang menghangatkan badan agar Supaya engkau selarnat dani pilek dan sakit perut serta influenza yang menular dan sakit persendian. Hal itu disebabkan karena berpengaruh padanya serta mengganggunya. ‘

Jangan biarkan api menyala sebelum engkau tidur.

Dalam hadits : “Jangan biarkan, api di rumah-rumah kamu ketika kamu tidur.” Sebuah rumah di Madinah terbakar menimpa penghuninya pada waktu malam. Ketika Rasulullah SAW. dibentahu tentang keadaan mereka, beliau bersabda : “Sesungguhnya api ini adalah musuh bagimu. Jika kamu tidur, padamkanlah api.”

Janganlah engkau tidur pada waktu-waktu yang terlarang bagi kita untuk tidur. Dalam hadits : “Barangsiapa tidur sebelum shalat Isya’ terakhir, maka semoga Allah tidak menidurkan kedua matanya.” Barangsiapa tidur sesudah shalat Ashar, lalu hilang akalnya,maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya. Tidur di waktu pagi (sesudah shalat Shubuh) mencegah rizki. Tidur pada waktu Dhuha menimbulkan kebebalan dan kedunguan.

ADAB BANGUN TIDUR

Apabila engkau bangun dari tidur, hendaklah yang pertama kali terlintas di hati dan lisanmu adalah dzikir kepada Allah Ta’ala agar supaya engkau mulai masa jagamu dengan kebaikan sebagaimana engkau mengakhirinya pula dengan itu.

Dalam hadits : “Syaitan mengikat belakang kepala seseorang dari kamu pada waktu ia tidur dengan tiga ikatan. la memukul pada setiap ikatan seraya berkata, Tetaplah di tempatmu, malam masih panjang, tidurlah. Jika ia bangun dan menyebutnama Allah Ta’ala, terlepas satu ikatan. Jika ia berwudhu, terlepaslah satu ikatan. Jika ia shalat, terlepaslah seluruh ikatannya. Maka ia pun menjadi giat dan baik jiwanya. Kalau tidak, maka ia pun menjadi jahat jiwanya dan malas.”

Berusahalah keras agar engkau bisa bangun sebelum terbit fajar agar bisa shalat Shubuh di awal waktunya. Dalam : hadits : Rasulullah SAW. ditanya,”Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat di awal waktunya.”

Waspadalah supaya jangan bangun terlambat. Menunda shalat dari waktunya tanpa alasan yang benar termasuk dosadosa yang besar. Allah Ta’ala berfirman: “Celakalah orangorangyangshalat. Yartu mereka yanglalai dari shalat mereka” (Al Maa’uun : 4,5).

Nabi SAW. bersabda . “Mereka adalah orang-orang yang menunda shalat dari waktunya.”

Dalam hadits : Seorang laki-laki dicentakan kepada Nabi : SAW. dan dikatakan : ia masih tidur hingga pada waktu pagi tidak mengerjakan shalat. Maka Nabi SAW bersabda: “Syaitan kencing di telinganya.”

Barangsiapa yang demikian sifatnya, maka ia pun tidak menerima kebaikan dan nasihat tidak berpengaruh padanya.

Disunnahkan bagimu waktu bangun dari tidur untuk menggunakan siwak/sikat gigi, kemudian membaca do’a-do’a ini : “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mematikan kami dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” “Segala puji bagi Allah yang mengembalikan rohku kepadaku dan memberiku kesehatan dalam tubuhku serta mengizinkan aku menyebut nama-Nya.” “Segala puji bagi Allah yang menciptakan tidur dan keadaan terjaga.”

“Segala puji bagi Allah yang membangkitkan aku dalam keadaan selamat dan sehat. Aku bersaksi bahwa Allah menghidupkan orang mati dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,”

“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.” “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku mohon ampun kepada-Mu atas dosaku dan aku mohon kepada-Mu rahmat-Mu.”

“Ya Tuhanku, tambahilah aku ilmu dan jangan sesatkan hatiku sesudah Engkau beri petunjuk kepadaku dan berilah aku rahmat dari sis-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” Kemudian engkau memandang ke langit dan membaca akhir surat Ali Imran : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berakal, “hingga akhir surat. Jika engkau tidak hafal do’a-do’a dan ayat-ayat ini, maka tidaklah mengapa bila engkau membacanya sambil melihat hingga engkau menghafalnya dengan sering membaca dan mengulanginya.

Kemudian pakailah bajumu dan bacalah do’a yang lalu mengenai adab berpakaian. Kemudian pergilah ke kamar kecil sambil mengenakan sandal dan kepala tertutup. Dahulukan kakimu yang kiri pada waktu masuk dan kaki kanan pada waktu keluar.

Jangan lupakan do’a-do’a yang berasal dari hadits pada waktu ftu, dan ketika selesai berwudhu. Kemudian shalatlah dua raka’at fajar dan niatkan pula sunnah wudhu. Setelah itu bacalah doa fajar sebagaimana terdapat dalam hadits permulaannya : “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu rahmat dani sisi-Mu.” Kemudian” shalatiah subuh berjama’ah. Sesudah itu bacalah Wirdul Lathif yang termasyhur susunan Al-imam Al-Habib Abdullah Alhaddad r.a. Beliau telah mengumpulkannya dan hadits-hadits sahih (benar). Maka peliharalah bacaan itu, karena besar faedahnya di dunia dan akhirat.

ADAB ISTIKHOROH DAN BERMUSYAWARAH

Apabila engkau ingin melakukan sesuatu yang tidak engkau ketahui akibatnya, manakah yang baik, meninggalkan atau melakukannya? maka termasuk adab adalah bila engkau minta pilihan dari Tuhanmu Allah SWT Nabi SAW. bersabda: “Termasuk kebahagiaan anak Adam adalah meminta pilihan kepada Allah dantermasuk kesengsaraannya adalah meninggalkan istikhoroh (minta pilihan) kepada Allah SWT.

Disunnahkan bagimu melakukan shalat istikhoroh. Engkau baca dalam raka’at pertama : (Qul yaa ayyuhal kaafiruun) dan dalam rakaat kedua : (Qul huwallahu ahad).

Disebutkan dalam hadits : Adalah Rasulullah SAW. mengajani kami istikhoroh dalam segala urusan seperti mengajarkan surat dari Al-Quran. Beliau bersabda : “Apabila seseorang dari kamu ingin melakukan Suatu urusan, hendaklah ia shalat dua raka’at selain shalat fardhu.” Kemudian katakanlah : “Ya Allah, aku mohon pilihan ‘kepada-Mu dengan pengetahuan ilmu-Mu dan mohon keputusan-Mu dengan kekuasaan-Mu serta mohon kepada-Mu dari keutamaan-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak berkuasa, Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa urusan ini (sebutkan keperluanmu) baik bagiku dalam agama-ku, kedi dalamnya. Jika dalam pengetahuan-Mu urusan ini buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku dan kesudahan uru’sanku, maka jauhkan ia dariku dan jauhkan aku darinya dan tetapkanlah kebaikan bagiku di mana pun ia berada, kemudian jadikan aku ndha dengannya.”

Termasuk adab pula bila engkau bermusyawarah – tentang suatu urusan dengan ibu bapakmu dan para gurumu serta orang-orang yang bijaksana dan bisa memberi nasihat. Allah telah menyuruh Nabi-Nya melakukan itu. Allah Ta’ala berfirman : “Dan bermusyawarahlah dengan mereka tentang urusan itu” (Ali ‘Imran : 159), padahal beliau seorang yang berakal sempurna, dan Allah menjamin petunjuk baginya.Allah Ta’ala berfirman pula dalam memuji para sahabat r.a. : ” Dan urusan mereka dimusyawarahkan antara mereka” (Assyuura: 38).

Dalam hadits :: “Tidaklah sia-sia siapa yang melakukan istikhoroh dan tidaklah menyesal barang siapa yang bermusyawarah.” Dalam hadits pula : “Musyawarah pelindung dari penyesalan dan pengaman dari celaan.”

Penyair berkata :

Bermusyawarahlah dengan selainmu jika engkau mengalami kesulitan pada suatu hani, walau engkau suka memberi nasihat Mata itu melihat mana yang dekat dan jauh darinya dan tidak melihat dirinya, kecuali dengan cermin

Apabila engkau dinasihatkan untuk melakukan se. suatu, maka lakukanlah sesuai dengan nasihat itu. Dalam hadits : “Mintalah petunjuk dart orang berakal dan jangan mendurhakainya agar engkau tidak menyesal“ Apabila seSeorang minta petunjuk darimu, maka termasuk amanat adalah bila engkau memberinya petunjuk yang lebih baik baginya.

Dalam hadits: “Penasihat itu memikul amanat.” Dalam hadits lain: “Sesunggunhnya termasuk hak orang muslim atas orang muslim, jika ia minta nasihat darinya, maka orang itu harus menasihatinya.”

Penutup

Dalam perjalanan panjang sejarah pesantren di Indonesia, buku-buku karya Syaikh Umar Baraja, seperti "Al-Akhlaq Lil Banin," telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kurikulum di berbagai pondok pesantren. Terjemahan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura, dan Sunda telah memungkinkan penyebaran nilai-nilai akhlaq yang diukir oleh Syaikh Umar kepada para santri di seluruh nusantara.

Kitab Al-Akhlaq Lil Banin dan karya-karya lainnya bukan hanya sekadar panduan perilaku atau adab bagi para santri, tetapi juga merupakan warisan berharga dalam pengembangan akhlak yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Syaikh Umar Baraja, dengan kecakapannya dalam bahasa Arab, sastra, dan berbagai ilmu agama, telah mempersiapkan generasi santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki keutamaan moral yang tinggi.

Melalui pengajaran dan teladan dari Syaikh Umar Baraja, para santri diharapkan dapat mengembangkan budi pekerti yang baik, kesadaran sosial, dan sikap rendah hati dalam berinteraksi dengan sesama. Semangat tawadhu' dan ghairah Islamiyah yang dia anut menjadi inspirasi bagi para santri untuk menjadi individu yang berperan aktif dalam membela agama dan masyarakat.

TerjemahAl-Akhlaq Lil Banin adalah bukti nyata dari pengabdian Syaikh Umar Baraja dalam mendidik generasi santri yang berkualitas. Meskipun Syaikh Umar telah meninggalkan dunia ini, warisannya tetap hidup dan berdampak dalam kehidupan para santri dan masyarakat. Semoga buku ini terus menjadi sumber inspirasi dan petunjuk bagi generasi muda dalam menumbuhkan akhlaq yang mulia dan membangun masyarakat yang beradab.

Dalam mengukir akhlaq para santri, Syaikh Umar Baraja tidak hanya meninggalkan cetakan tulisan di buku-bukunya, tetapi juga meninggalkan jejak kehidupan dan teladan yang tak terlupakan. Semoga semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam bukunya terus membimbing dan menerangi para santri di masa depan, sehingga mereka dapat menjadi penerus perjuangan dan kebaikan bagi bangsa dan agama.

9014244961" data-ad-slot="7625084436" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">

Continue to Next Post

Code will appear in second